Sabtu, 26 Maret 2011

Saat-saat Rasulullah Tertawa dan Menangis

“Ana Basyarum mistlukum” potongan ayat ini menggambarkan bahwa Nabi Muhammad seperti manusia pada umumnya. Memiliki perasaan dan kebutuhan yang sama, baik psikis maupun biologis. Hanya bedanya, Nabi mendapat wahyu (al-Qur’an), sedangkan manusia tidak.

Nabi Muhammad, Rasulullah dalam hidupnya juga pernah mengalami sedih, bahagia, tertawa, dan bahkan menangis. Sedih ketika ditinggal istri tercintanya, Khadijah. Tertawa ketika mendengar pertanyaan lucu istri sahabat Nabi, Rifa’ah. Itulah pernik kehidupan Rasulullah, sama seperti orang manusia lainnya.

Berikut beberapa kejadian yang membuat Rasulullah bisa tertawa dan menangis.

Suatu hari, Umar meminta izin untuk masuk ke ruangan Rasulullah. Kebetulan, waktu itu ada beberapa orang wanita Quraisy yang sedang berbicara dengan Rasulullah dengan nada yang cukup keras dan mengajukan banyak pertanyaan. Tahu Umar datang, mereka pun langsung lari ke balik tabir.

Lalu Rasulullah pun tertawa sambil menyuruh Umar masuk. Melihat Rasulullah tertawa, Umar berkata, ”Semoga Allah membuatmu tetap dalam keadaan senang dan gembira, wahai Rasulullah!” Rasulullah pun menjawab, “Aku merasa heran dengan ulah wanita-wanita yang berada di sampingku tadi. Begitu mendengar suaramu, mereka bergegas menuju balik tabir.

Umar berkata kepada wanita-wanta tersebut, “Apakah kalian segan kepadaku, sementara kalian tidak segan kepada Rasulullah?” Mereka menjawab, “Ya, lantaran kamu lebih keras dan lebih kasar daripada Rasulullah.”

Kemudian Rasulullah pun bersabda, “Demi Zat yang jiwaku ada dalam genggaman-Nya. Tidak akan pernah setan menemuimu di suatu jalan yang kamu lalui, kecuali pasti mencari jalan lain, selain jalan yang kamu lalui." (HR. Al-Bukhori dan Muslim).

Tidak sekali itu saja Rasulullah tertawa. Beliau juga pernah tertawa saat ada seorang sahabat yang salah paham dalam menerjemahkan waktu puasa. Tepatnya, tatkala turun ayat, ”...sehingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar." (Q.S.Al-Baqarah. ayat 187).

Adi bin Hatim berkata kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah. Sungguh saya meletakkan benang berwarna putih dan benang berwarna hitam di bawah bantalku, sehingga aku dapat mengenali antara waktu malam dan waktu siang.”

Mendengar itu, Rasulullah bersabda, ”Sesungguhnya bantalmu itu sangat lebar. Sesungguhnya yang dimaksud adalah hitamnya (gelapnya) malam dan putihnya (terangnya) siang pada fajar”. (Shahih Muslim).

Dalam riwayat lain disebutkan, “Adi bin Hatim menceritakan hal itu kepada Rasulullah dan beliau pun tertawa mendengarnya.”

Dalam kejadian lain, ketika istri Rifa’ah mengadu kepada Rasulullah, beliau pun tertawa. Ceritanya, istri Rifa’ah telah dicerai (Talak bain) oleh Rifa’ah. Lantas ia menikah lagi dengan Abdurrahman bin Zubair, namun memiliki penyakit lemah syahwat.

Nah, kedatangannya kepada Rasulullah untuk mengadukan hal itu. Beliau pun hanya tersenyum sambil berkata, “Jadi, kamu ingin kembali kepada Rifa’ah? Itu tidak bisa, sebelum kamu mereguk madu Abdurrahman dan ia mereguk madumu.”

Selain tertawa, Rasulullah juga banyak menangis. Rasulullah pernah menangis saat mendengarkan bacaan al-Qur’an. Ketika itu, beliau menyuruh sahabatnya, Ibnu Mas’ud untuk membaca al-Qur’an dan Rasulullah mendengarkannya. Karena saking khusuknya mendengarkan bacaan Ibnu Mas’ud, tak terasa air mata Rasulullah mengalir bercucuran.

Rasulullah juga pernah menangis saat menjenguk Sa’ad bin ‘Ubadah sakit keras. Ketika itu, Rasulullan menjenguk dengan ditemani Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqqas, dan Abdullah bin Mas’ud.

Saat beliau masuk, Sa’ad sudah dikerubungi oleh keluarganya. Lalu, beliau berkata, “Apakah ia sudah meninggal?” Mereka menjawab, “Belum, wahai Rasulullah.” Rasulullah pun menangis. Dan, ketika itu, mereka pun ikut menangis.

Yang tak kalah membuat Rasullah sedih tatkala berziarah ke makam ibundanya. Ketika itu, Rasulullah menangis dan orang di sekitarnya ikut menangis. Setelah itu, beliau bersabda:

“Aku meminta izin kepada Rabbku untuk memintakan ampunan untuknya (Ibuku), tetapi aku tidak diizinkan. Kemudian aku meminta izin untuk menziarahi ke kuburnya dan Ia mengizinkannya. Maka berziarahlah ke kuburnya karena dapat mengingatkan pada kematian.” (Shahih Muslim).*


hidayatullah.com


Rep: Syaiful Anshor
Red: Syaiful Irwan

ketika Rasulullah tersenyum :))

Saat menikahkan putri bungsunya, Sayyidah Fatimah Az Zahrah, dengan sahabat Ali bin Abi Thalib, Baginda Nabi Muhammad SAW tersenyum lebar. Itu merupakan peristiwa yang penuh kebahagiaan.

Hal serupa juga diperlihatkan Rasulullah SAW pada peristiwa Fathu Makkah, pembebasan Makkah, karena hari itu merupakan hari kemenangan besar bagi kaum muslimin.
“Hari itu adalah hari yang penuh dengan senyum panjang yang terukir dari bibir Rasulullah SAW serta bibir seluruh kaum muslimin” tulis Ibnu Hisyam dalam kita As Sirah Nabawiyyah.

Rasulullah SAW adalah pribadi yang lembut dan penuh senyum. Namun, beliau tidak memberi senyum kepada sembarang orang. Demikian istimewanya senyum Rasul sampai-sampai Abu Bakar dan Umar, dua sahabat utama beliau, sering terperangah dan memperhatikan arti senyum tersebut.

Misalnya mereka heran melihat Rasul tertawa saat berada di Muzdalifah di suatu akhir malam. “Sesungguhnya Tuan tidak biasa tertawa pada saat seperti ini,” kata Umar. “Apa yang menyebabkan Tuan tertawa?” Pada saat seperti itu, akhir malam, Nabi biasanya berdoa dengan khusyu’.

Menyadari senyuman beliau tidak sembarangan, bahkan mengandung makna tertentu, Umar berharap, “Semoga Allah menjadikan Tuan tertawa sepanjang umur”.

Atas pertanyaan diatas, Rasul menjawab, “Ketika iblis mengetahui bahwa Allah mengabulkan doaku dan mengampuni umatku, dia memungut pasir dan melemparkannya kekepalanya, sambil berseru, ‘celaka aku, binasa aku!’ Melihat hal itu aku tertawa.” (HR Ibnu Majah)

Dalam kitab Ihya Ulumuddin, Imam Ghazali menulis, apabila Rasul dipanggil, beliau selalu menjawab, “Labbaik”. Ini menunjukkan betapa beliau sangat rendah hati. Begitu pula, Rasul belum pernah menolak seseorang dengan ucapan “tidak” bila diminta sesuatu. Bahkan ketika tak punya apa-apa, beliau tidak pernah menolak permintaan seseorang. “Aku tidak mempunyai apa-apa,” kata Rasul, “Tapi, belilah atas namaku. Dan bila yang bersangkutan datang menagih, aku akan membayarnya.”

Banyak hal yang bisa membuat Rasul tertawa tanpa diketahui sebab musababnya. Hal itu biasanya berhubungan dengan turunnya wahyu Allah. Misalnya, ketika beliau sedang duduk-duduk dan melihat seseorang sedang makan. Pada suapan terakhir orang itu mengucapkan. “Bismillahi fi awalihi wa akhirihi.” Saat itu beliau tertawa. Tentu saja orang itu terheran-heran.

Keheranan itu dijawab beliau dengan bersabda, “Tadi aku lihat setan ikut makan bersama dia. Tapi begitu dia membaca basmalah, setan itu memuntahkan makanan yang sudah ditelannya.” Rupanya orang itu tidak mengucapkan basmalah ketika mulai makan.

Suatu hari Umar tertegun melihat senyuman Nabi. Belum sempat dia bertanya, Nabi sudah mendahului bertanya, “Ya Umar, tahukah engkau mengapa aku tersenyum?”
“Allah dan Rasul-Nya tentu lebih tahu,” jawab Umar.
“Sesungguhnya Allah memandang kepadamu dengan kasih sayang dan penuh rahmat pada malam hari Arafat, dan menjadikan kamu sebagai kunci Islam,” sabda beliau.

Kesaksian Anggota Tubuh

Rasul SAW bahkan sering membalas sindiran orang dengan senyuman. Misalnya ketika seorang Badui yang ikut mendengarkan taushiyah beliau tiba-tiba nyeletuk, “Ya Rasul, orang itu pasti orang Quraisy atau Anshar, karena mereka gemar bercocok tanam, sedang kami tidak.”

Saat itu Rasul tengah menceritakan dialog antara seorang penghuni surga dan Allah SWT yang mohon agar diizinkan bercocok tanam di surga. Allah SWT mengingatkan bahwa semua yang diinginkannya sudah tersedia di surga.

Karena sejak di dunia punya hobi bercocok tanam, iapun lalu mengambil beberapa biji-bijian, kemudian ia tanam. Tak lama kemudian biji itu tumbuh menjadi pohon hingga setinggi gunung, berbuah, lalu dipanenkan. Lalu Allah SWT berfirman. “Itu tidak akan membuatmu kenyang, ambillah yang lain.”

Ketika itulah si Badui menyeletuk, “Pasti itu orang Quraisy atau Anshar. Mereka gemar bercocok tanam, kami tidak.”

Mendengar itu Rasul tersenyum, sama sekali tidak marah. Padahal, beliau orang Quraisy juga.

Suatu saat justru Rasulullah yang bertanya kepada para sahabat, “Tahukah kalian mengapa aku tertawa?.”
“Allah dan Rasul-Nya lebih tahu,” jawab para sahabat.
Maka Rasul pun menceritakan dialog antara seorang hamba dan Allah SWT. Orang itu berkata, “Aku tidak mengizinkan saksi terhadap diriku kecuali aku sendiri.”
Lalu Allah SWT menjawab, “Baiklah, cukup kamu sendiri yang menjadi saksi terhadap dirimu, dan malaikat mencatat sebagai saksi.”

Kemudia mulut orang itu dibungkam supaya diam, sementara kepada anggota tubuhnya diperintahkan untuk bicara. Anggota tubuh itupun menyampaikan kesaksian masing-masing. Lalu orang itu dipersilahkan mempertimbangkan kesaksian anggota-anggota tubuhnya.

Tapi orang itu malah membentak, “Pergi kamu, celakalah kamu!” Dulu aku selalu berusaha, berjuang, dan menjaga kamu baik-baik,” katanya.

Rasulpun tertawa melihat orang yang telah berbuat dosa itu mengira anggota tubuhnya akan membela dan menyelamatkannya. Dia mengira, anggota tubuh itu dapat menyelamatkannya dari api neraka. Tapi ternyata anggota tubuh itu menjadi saksi yang merugikan, karena memberikan kesaksian yang sebenarnya (HR Anas bin Malik).

Hal itu mengingatkan kita pada ayat 65 surah Yasin, yang maknanya, “Pada hari ini Kami tutup mulut mereka, dan berkatalah kepada Kami tangan mereka, dan memberi kesaksian kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.”
Wanita Dicintai IBLIS!

Wanita Yang Derhaka Kepada Allah

Wanita atau isteri yang tidak mengenali rasa cinta sedikitpun kepada Allah, dalam erti jauh daripada beribadat kepada Allah, tidak pernah sujud dan rukuk, jarang berbuat amal soleh, merupakan sebab-sebab mereka derhaka kepada Allah. Dengan jauhnya mereka daripada mengenali Allah, maka kehidupan mereka semakin dekat dengan maksiat, seterusnya dikawal sepenuhnya oleh iblis laknatullah.Inilah gambaran wanita atau isteri yang akhirnya dicintai Iblis, kerana telah mematuhi sepenuhnya arahan iblis agar berbuat kerosakan di muka bumi. Tidak hairan apabila gambaran rumah tangga suami isteri yang telah dicintai iblis merupakan gambaran rumah tangga yang penuh kehancuran, porak-peranda, bagaikan di dalam neraka.

1. Tidak Mengenal Allah
Untuk mengenal Allah, kita perlukan ilmu. Untuk mendapat ilmu, perlu belajar. Jika tidak mahu berusaha belajar tentang ilmu mengenal Allah, tidak mungkin seseorang itu dapat mencintai-Nya dengan sepenuh hati. Ia kerana bermula dari kenal itu baru datangnya cinta. Apabila kita sudah tidak mengenali Allah, bererti mudahlah bagi iblis untuk menghancurkan kita, seterusnya mengawal kehidupan kita. Sehingga kita melakukan sebarang perbuatan semata-mata kerana kehendak iblis dan mengharapkan habuan dari iblis.

2. Cinta dunia, takut mati
Cinta kepada nikmat kehidupan di dunia membawa kepada takut menghadapi mati. Tidak sanggup berpisah dengan nikmat yang dikecapi dan takut berhadapan dengan Allah lantaran sering mengabaikan aturan-Nya dalam kesibukan mengejar nikmat dunia. Cinta dunia dan takut mati ini, dengan sendirinya membuat seseorang itu sukar untuk mencintai Allah, malah merasa tidak perlu mencintai-Nya. Dia merasa boleh hidup tanpa Allah dan tanpa cinta-Nya. Suami sudah merasa ‘bahagia’ dapat memberi segala yang dimahukan oleh isteri. Isteri sudah merasa ‘bahagia’ mendapat apa yang dimahukan dari suami. Tidak salah mencari nimat dunia tetapi nikmat itu seharusnya mengingatkan kita kepada Pencipta nikmat dan nikmat itu seharusnya digunakan untuk memperolehi cinta-Nya.

3. Hati yang Kotor
Hati yang kotor adalah hati yang penuh dengan ‘najis’ sifat-sifat keji seperti pemarah, pendendam, hasad dengki, penakut dan tamak, akan disibukkan dengan urusan melayan bisikan-bisikan jahat dari nafsu dan syaitan. Hati begini tidak menyediakan ruang untuk diletakkan rasa cinta kepada Allah. Hati perlu dibersihkan dan dihiasi sifat-sifat terpuji seperti sabar, redha, merendah diri, berani, pemaaf dan mencukupi dengan paa yang ada. Hanya hati yang bersih dapat menjadi wadah untuk menampung cinta yang suci dan agung.
Tetapi bila hati kotor dan penuh hasad dengki, pendedndam, tamak dan disibukkan melayan bisikan jahat, itulah ertinya hati telah dikawal sepenuhnya oleh iblis.

4. Melakukan Dosa
Jika seseorang itu tidak bertaubat dari dosa-dosa, atau terlalu banyak berbuat dosa hingga tidak lagi rasa berdosa, hatinya akan terdinding dari petunjuk Allah dan terhalang dari mencintai-Nya serta mendapat cinta-Nya. Sentiasa bertaubat dari dosa-dosa adalah antara syart untuk membina dan menyuburkan rasa cinta kepada Allah.

5. Tidak Mahu Berdoa
Berdoa adalah gambaran rasa lemah, hina dan jahil seorang hamba di depan Allah. Melalui doa, seorang hamba merendahkan diri memohon segala yang dihajati dan menjadi penyebab Allah sempurnakan hajat si hamba. Hamba yang memohon petunjuk akan diberi petunjuk. Hamba yang memohon kekuatan akan diberi kekuatan. Begitulah juga hamba yang memohon untuk mencinta-Nya, akan dipermudahkan menempuh jalan-jalan ke arah itu.

WANITA YANG PENDENDAM

1. Pengertian dendam

Dendam ialah apabila hati seseorang itu merasa sangat berat terhadap seseorang lain seperti membencinya, menjauhi diri darinya, dan sifat itu akan kekal bersemadi di dalam hati orang itu dan tidak padam-padam.

2. Keburukan-keburukan Dendam

Dengan itu jelaslah bahawa sifat dendam itu berpunca dari sifat marah yang tidak dikekang atau diredhakan dengan segera. Sifat dendam ini akan menimbulkan berbagai perkara mungkar antaranya:

perasaan hasad atau dengki dalam diri, sehingga pendengki itu merasakan tidak senang bila melihat seseorang berada di dalam kenikmatan, lalu ia mengharapkan terhapusnya nikmat itu daripada orang itu. Dengan makna yang lain seorang yang menyimpan perasaan hasad tidak suka melihat orang yang didengkinya itu hidup senang lenang, sebaliknya merasa gembira apabila orang yang didengkinya itu ditimpa kesusahan. Kelakuan ini adalah contoh dari kelakuan orang-orang munafik.

Pendengki itu bukan saja menyimpan perasaan hasad dengki dalam dirinya, malah ia merasakan senang sekali apabila orang yang didengkinya itu ditimpa sesuatu kecelakaan atau bencana.

Pendengki akan menjauhi dan memutuskan perhubungan dengan orang yang didengkinya; tidak mahu bergaul dengannya.

Pendengki akan mengucapkan kata-kata yang tidak patut terhadap orang yang didengkinya, iaitu samada berbohong, mengumpat, mendedahkan rahsia lawanya, mengejek, menjatuhkan kehormatan dan sebagainya.

Pendengki akan menganiaya lawannya, samada dengan memukulnya atau sebagainya.

Pendengki akan menahan hak milik orang yang didengkinya, seperti menahan hutang yang patut dibaya, enggan mengembalikan amanah yang diserahkan kepadanya dan sebagainya. Sesungguhnya perbuatan seperti di atas itu adalah haram dilakukan dan ianya merupakan perbuatan iblis terkutuk.

3. Orang Pendendam Menjadi Rakan Iblis
Sekiranya orang yang berdendam itu dapat menguasai dirinya dari perbuatan-perbuatan buruk yang disebutkan di atas, tetapi masih memiliki perangai yang tidak baik seperti sengaja tidak mahu bermuka manis terhadap orang yang didendamnya itu, tidak belas kasihan terhadapnya, tidak mengambil berat terhadap dirinya dengan menunaikan segala keperluannya, tidak bersedia membantu pada perkara yang memberi kebaikan kepada orang itu, maka itu menandakan sifat dendamnya masih ada. Semua perkara yang disebutkan itu akan menjatuhkan darjat seseorang dan akan melenyapkan pahala yang banyak, seterusnya ia menjadi rakan-rakan iblis.

Pernah berlaku, apabila Saidina Abu Baka As-Siddiq r.a bersumpah tidak akan memberikan bantuan (harta) kepada Misthah yang masih tergolong kerabatnya, kerana suatu penganiayaan yang dilakukan oleh Misthah, maka Allah menurunkan ayat-Nya yang bermaksud:

“Janganlah sampai bersumpah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kekayaan di antara kamu, kerabat, orang-orang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, tetapi hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada, tidakkah kamu suka, Allah Maha Pengampun dan Penyayang,”

(An-Nur: 22)

Sebaik sahaja firman itu disampaikan kepada Saidina Abu Bakar, maka beliaupun akur dan redha dengan pengampunan Allah itu. Lalu beliaupun kembali menyambung semula bantuannya terhadap Misthah, meskipun Misthah telah melakukan penganiayaan terhadap beliau.

Ayat di atas memberikan pengajaran kepada kita supaya jangan menaruh dendam, yang perlu hendaklah berlapang dada dan suka memaafkan. Teruskanlah melakukan kebaikan sekalipun mendapat penganiayaan. Bahkan kalau boleh tambahkanlah kebaikan dari kebiasaan yang dilakukan, sebagai suatu cara untuk menundukkan hawa nafsu dan mengecewakan hasutan syaitan. Bilamana seseorang itu dapat melakukan seumpama itu, maka ia mencapai kedudukan dan darjat para siddiqin.

4. Dendam Perbuatan Haram
Nyatalah dari penjelasan di atas bahawa sifat dendam itu tidak dibenarkan dalam Islam. Mengenainya Nabi SAW bersabda yang bermaksud:

“Orang mukmin itu bukanlah seorang yang pendendam.”

Walau bagaimanapun untuk memberikan penjelasan yang lebih mengenai sifat hasad, maka Rasulullah bersabda yang bermaksud:

“Tiada hasad (dibenarkan berhasad) kecuali dalam dua perkara sahaja, iaitu seseorang yang dikurniakan Allah harta yang banyak, lalu ia menaburkan harta itu pada perkara yang haq/benar, sehinggalah hartanya habis. Dan seorang lagi dikurniakan Allah ilmu, lalu ia mengamalkan ilmu itu dan mengajarkannya kepada orang ramai.”

Apa yang dapat disimpulkan dari maksud hadis di atas bahawa tidaklah dilarang kiranya lelaki mahupun wanita itu mengharap-harapkan sesuatu nikmat yang sama, yang ada pada orang lain untuk dirinya. Maka selagi ia menginginkan nikmat yang sama untuk dirinya dan tidak pula ia mengharapkan lenyapnya nikmat itu dari orang lain, ataupun ia tidak akan membenci kalau orang itu dapat mengecap nikmat itu terus-menerus, maka cita-citanya itu tidaklah dihukum haram, malah ada kalanya dituntut oleh syariat. Sebagaimana firman Allah yang bermaksud:

“Dan dalam (mencari kelebihan) itu, maka hendaklah berlumba-lumba orang yang ingin perlumbaan.”

(Al-Muthaffifin: 26)

Menderhaka Kepada Ibu Bapa

WANITA yang derhaka kepada ibu bapa termasuk dalam senarai mereka yang dicintai iblis. Oleh kerana ibu telah melahirkan kita, sehinggakan Allah menyebutkan bahawa redha Allah tergantung kepada redha ibu bapa. Allah SWT telah berfirman yang maksudnya:

“Dan Rabb-mu telah memerintahkan supaya kamu jangan beribadahselain kepada-Nya, dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu-bapamu. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanyasampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan jangan kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Ya Rabbi, kasihanilah mereka kedua-duanya, sebagaimana mereka berdua telah menyantuni aku waktu kecil.”

(Al’Israk: 23-24)

Allah memerintahkan agar manusia berbakti kepada kedua ibu bapa mereka dan mentaati mereka. Bagi wanita ketaatan merekasebelum mereka berkahwin adalah kepada kedua ibu-bapa mereka dan selepas berkahwin, kepada suami mereka. Menyakiti hati kedua mereka adalah merupakan dosa yang amat besar.

1. Meninggikan Suara Di Hadapan Ibu Bapa

Ismail Ibnu Umayyah telah berkata: Seorang lelaki meminta nasihat:

Wahai Rasulullah, berilah aku wasiat.” Rasul menjawab: “Janganlah engkau menyengutukan Allah dengan sesuatupun, sekalipun engkau dibakar atau dibelah dua. Ia berkata: “WahaiRasulullah, tambahkanlah.” Rasulullah menjawab: “Berbaktilah kepada kedua ibu-bapamu, jangan sekali-kali engkau meninggikan suara di hadapannya. Jika keduanya memerintahkan engkau untuk mengeluarkan hartamu, maka keluarkanlah bagi keduanya.”

Lelaki itu meminta kembali: “Wahai Rasulullah, tambah lagiselain itu.” Rasulullah menjawab, “Jangan engkau meminum khamar (arak), sebab khamar itu adalah kunci segala kejahatan.”Lelaki itu meminta kembali, “Wahai Rasulullah, tambahkanlah untukku selain itu.” Rasulullah menjawab, “Didiklah keluargamu dan berilah mereka nafkah sesuai dengan kemampuanmu, dan janganlah engkau mengangkat tongkat (lisan) mu namun berbuatlah agar mereka takut kepada Allah.”

(HR Imam Ibnu Majah)

2. Mengherdik Ibu Bapa

Mengherdik ibu bapa bererti telah berbuat derhaka kepada mereka, apalagi menganiaya mereka dengan cara melukai tubuh badan mereka. Perbuatan ini merupakan kebiadaban seorang anak yang tidak tahu berterima kasih kepada ibu bapa. Walaupun anak perempuan tidak lagi bertanggungjawab terhadap ibu bapanya sesudah berkahwin, namun tidak putus hubungan seorang perempuan dengan ibu bapanya. Cuma tanggungjawabnya terhadap ibu bapanya tidaklah menjadi wajib seperti mana anak lelaki. Tetapi perhubungan ibu dengan anak tetap berjalan terus, sehingga tiada alasan bagi seorang anak perempuan untuk mengherdik ibu bapanya.

3. Memutuskan Hubungan Dengan Ibu Bapa

Oleh kerana mengherdik ibu bapa sudah termasuk perbuatan dosa besar, apalagi memutuskan hubungan dengan mereka. Ianya merupakan perbuatan seperti mana yang diumpamakan dalam sebuah peribahasa, “kacang lupakan kulitnya.”

Islam melarang memutuskan tali silaturrahim apalagi dengan ibu bapa. Kalau seorang anak perempuan memutuskan perhubungan dengan ibu bapanya, suaminya yang akan menanggung dosa sekiranya dilakukan dengan perintah suami.

4. Melupakan Jasa-jasa Ibu Bapa

Ibu telah melahirkan dalam keadaan yang payah dan sukar, manakala bapa pula bertungkus lumus dari pagi hingga petang mencari nafkah demi anak-anak. Memandangkan kepada jasa-jasa yang sedemikian hebatnya, adalah tidak wajar apabila sang anak melupakan jasa-jasa tersebut.

Merupakan kewajipan anak untuk mengetahui akan hak dan jasa baik ibu bapanya. Ia tidak boleh melakukan perbuatan yang menyebabkan ibu bapanya marah atau murka kepadanya, ia tidak boleh berdusta atau berbohong kepada kedua-duanya. Antara kewajipannya ke atas ibu bapanya adalah:

Berbuat baik dan berlemah-lembut terhadap mereka.

Mentaati perintah kedua-duanya selagi tidak bertentangan dengan perintah Allah.

Melihat wajah mereka dengan kasih sayang merupakan ibadah.

Mendoakan mereka berdua dengan doa yang baik.

Menjaga hati mereka berdua dan menggembirakan mereka.

Menjalinkan silaturrahim dengan sahabat-sahabat mereka.

Menziarahi kubur ibu bapa jika mereka telah meninggal dunia

LARANGAN DERHAKA KEPADA IBU BAPA

Islam sangat melarang perbuatan derhaka kepada ibu bapa. Adapun hikmah daripada berbuat baik kepada ibu bapa adalah sebagaimana dikisahkan berikut ini. Nabi Sulaiman a.s. adalah seorang raja terkenal. Atas izin Allah ia berhasil menundukkan Ratu Balqis dengan jin ifrit-Nya. Dia dikenal sebagai manusia boleh berdialog dengan segala binatang. Dikisahkan, Nabi Sulaiman sedang berkelana antara langit dan bumi hingga tiba di satu samudera yang bergelombang besar. Untuk mencegah gelombang, ia cukup memerintahkan angin agar tenang, dan tenang pula samudera itu.

Kemudian Nabi Sulaiman memerintahkan jin Ifrit menyelam ke samudera itu sampai ke dasarnya. Di sana jin Ifrit melihat sebuah kubah dari permata putih yang tanpa lubang, kubah itu diangkatnya ke atas samudera dan ditunjukkannya kepada Nabi Sulaiman.

Melihat kubah tanpa lubang penuh permata dari dasar laut itu Nabi Sulaiman menjadi terlalu hairan, “Kubah apakah gerangan ini?” Dengan minta pertolongan Allah, Nabi Sulaiman membuka tutup kubah. Betapa terkejutnya dia begitu melihat seorang pemuda tinggal di dalamnya.

“Siapakah engkau ini? Kelompok jin atau manusia?” Tanya Nabi Sulaiman kehairanan. “Aku adalah manusia.” Jawab pemuda itu perlahan. “Bagaiman engkau boleh memperolehi karamah semacam ini?” Tanya Nabi Sulaiman lagi. Kemudian pemuda itu menceritakan riwayatnya sampai kemudian memperolehi karamah dari Allah sehingga boleh tinggal di dalam kubah dan berada di dasar lautan.

Diceritakan, ibunya dulu sudah tua dan tidak berdaya sehingga dialah yang memapah dan menggendongnya ke mana jua dia pergi. Si anak selalu berbakti kepada orang tuanya, dan ibunya selalu mendoakan anaknya diberi rezeki dan perasaan puas diri. Semoga anaknya ditempatkan di suatu tempat yang tidak di dunia dan tidak pula di langit. “Setelah ibuku wafat aku berjalan-jalan di pantai. Dalam perjalanan, aku melihat sebuah kubah terbuat dari permata. Aku mendekatinya dan terbukalah pintu kubah itu sehingga aku masuk ke dalamnya.” Tutur pemuda itu kepada Nabi Sulaiman.

Nabi Sulaiman yang dikenali boleh berjalan di antara bumi dan langit itu menjadi kagum terhadap pemuda itu. “Bagaimana engkau boleh hidup di dalam kubah di dasar lautan itu?” Tanya Nabi Sulaiman ingin mengetahui lebih lanjut. “Di dalam kubah itu sendiri, aku tidak tahu di mana berada. Di langitkah atau di udara, tetapi Allah tetap memberi rezeki kepadaku ketika aku tinggal di dalam kubah.” “Bagaimana Allah memberi makan kepadamu?” “Jika aku merasa lapar, Allah menciptakan pohon di dalam kubah, dan buahnya aku makan. Jika aku merasa haus maka keluarlah air yang teramat bersih, lebih putih daripada susu dan lebih manis daripada madu.” “Bagaimana engkau mengetahui perbezaan siang dan malam?” Tanya Nabi Sulaiman a.s. yang merasa semakin hairan. “Bila telah terbit fajar, maka kubah itu menjadi putih, dari situ aku mengetahui kalau hari itu sudah siang. Bila matahari terbenam kubah akan menjadi gelap dan aku mengetahui hari sudah malam.” Tuturnya. Selesai menceritakan kisahnya, pemuda itu lalu berdoa kepada Allah, maka pintu kubah itu tertutup kembali, dan pemuda itu tetap tinggal di dalamnya. Itulah karamah bagi seorang pemuda yang berbakti kepada kedua orang tuanya.

Derhaka Kepada Suami

PERKAHWINAN di dalam Islam adalah suatu aqad yang mulia antara lelaki dan wanita. Ia menghalalkan setiap keduanya untukyang lain. Dengan itu mereka akan saling mengasihi, tolong menolong, bergabung dan bertolak ansur. Al-Quran telah menggambarkan hubungan ini dengan suatu gambaran yang menarik yang bermaksud:

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Diamenciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dandijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”

(Ar-Rum: 21)

Diantara tanda Islam memuliakan wanita ialah, Islam memberikannya hak memilih suami. Ibu dan bapa tiada hak memaksa anakperempuan mereka mengahwini lelaki yang tidak diingininya. Wanita Islam tidak mengabaikan hak ini tetapi mereka meminta nasihat daripada ibu bapa mereka kerana pengalaman mereka yang luas. Islam memberikan hak ini untuk menjamin kebahagiaan sesuatu perkahwinan di mana ia diasaskan daripada kesesuaian pasangan pada perasaan, adat, keinginan dan matlamat. Apabila wujud kepincangan, kehidupan suami dan isteri tidak berjalan dengan baik. Setengah wanita sukar memberikan cintanya dengan tulus dan boleh mengakibatkan penderhakaan pada suami yang tidak dicintainya. Dalam hal ini, dia berhak menuntut talak.

Wanita Islam yang sedar dengan petunjuk agamanya, akan memilih suami bukan hanya berdasarkan paras rupa, tetapi yang penting dilihat ialah akhlaknya. Mereka tidak akan tergoda dengan lelaki yang leka, lemah dan lesu. Wanita mukmin hanya tertarik dengan lelaki mukmin yang bersungguh-sungguh, sedar, bersih hatinya dan terbuka pemikirannya. Benarlah firman Allah yang bermaksud:

“Wanita-wanita yang keji adalah untuk lelaki-lelaki yangkeji, dan lelaki-lelaki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuklelaki-lelaki yang baik dan lelaki-lelaki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula…)”

(An-Nur: 26)

Ini bukanlah bermakna wanita Islam mengabaikan sudut kecantikan rupa, paras yang indah, lalu dia redha dengan yang burukdan hodoh rupa parasnya. Dia berhak memilih sebagaimana yang menguasai jiwanya, diredhai oleh perasaan dan hatinya.

ISTERI YANG MENOLAK PANGGILAN SUAMI

Abu Hurairah meriwayatkan bahawa Nabi SAW bersabda:

“Sebaik-baik wanita adalah apabila engkau pandang dia makadia menggembirakan, bila engkau perintah dia taat, bila engkau tiada dia menjaga hartamu dan menjaga pula kehormatandirinya.” Wanita Islam yang bijaksana sentiasa mahu mencari keredhaan Allah dengan taat kepada suaminya dalam perkara yang bukan maksiat, berbakti untuk suaminya dan sentiasa berusaha untuk menggembirakan suaminya. Dia akan redha dengan kesusahan atau font kesempitan hidupnya, sebagaimana yang telah dicatatkan dalam sejarah Islam unggulnya peribadi Fatimah r.a.

Wanita Islam yang benar, rela berkhidmat di rumah untuk suaminya dan dia tahu hak suami ke atasnya. Sesungguhnya ia adalah hak yang amat besar sebagaimana sabda Rasulullah:

“Kalaulah aku mahu memerintahkan seseorang sujud kepadaseseorang yang lain, nescaya aku akan perintahkan wanita sujud kepada suaminya.”

(Hadith Hassan Sahih riwayat Tarmidzi)

Ketaatan adalah satu penyebab bagi wanita ke syurga sebagaimana sabda Rasulullah:

“Apabila wanita itu telah melakukan solat lima waktu, puasapada bulannya, taat kepada suaminya, menjaga kemaluannya, akan dikatakan kepada dia: Masuklah kamu ke dalam syurga daripadamana-mana pintu yang kamu sukai.”

(Riwayat Ibn Majah)

Disamping itu, Islam juga mengancam dengan dosa kemurkaan dan laknat kepada wanita yang berpaling daripada peringatan ini:

“Apabila seseorang lelaki memanggil isterinya ke katilnyatetapi dia enggan mendatanginya, lalu suaminya tidur dalam keadaan marah kepadanya nescaya malaikat akan melaknatnya sehinggawaktu subuh (pagi).”

(Sahih Muslim)

MENDEDAHKAN AURAT

Kepada wanita yang tidak menutup aurat Allah berfirman, maksudnya:

“Hiduplah dengan apa yang engkau suka.”

Allah melaknat wanita yang sengaja mendedahkan auratnya kepada lelaki yang bukan muhrim.

Perempuan yang memakai kain yang nipis dan jarang untuk menarik perhatian lelaki bukan muhrim atau memakai segala yangmendatangkan keghairahan kepada orang lain maka dia tidak akan mencium bau syurga.

Wanita yang jahat lebih buruk dari 1000 orang lelaki yang jahat.

TIDAK REDHA DENGAN PEMBERIAN SUAMI

Pengorbanan seorang wanita amat dihargai oleh Allah dan rasul-Nya. Cuma kita kurang mengetahui kelebihan yang dikurniakan kepada kita semua. Sehinggakan hari ini manusia Islam mencari sesuatu selain dari agama kerana merasa pengorbanan mereka tidak dihargai. Dan mereka turut melaungkan persamaan hak seperti di Barat. Ini semua bukanlah salah mereka, tetapi kitalah yang bersalah kerana kita lupa bahawa kita ini umat yang dianugerahkan dengan tugas kenabian. Memberi harapan dan bimbingan kepada manusia.

Sebagaimana Allah suka dengan wanita yang solehah, Allah juga sangat murka kepada beberapa jenis wanita. Oleh itu sangat perlu bagi kita mengetahui perkara yang boleh menyebabkan kebencian-Nya supaya kita terhindar dari kemurkaan-Nya. Kemurkaan Allah pada hari kiamat sangat dasyat sehinggakan nabi-nabi pun sangat takut. Bahkan Nabi Ibrahim pun lupa bahawa dia mempunyai anak yang bernama Nabi Ismail kerana ketakutan yang amat sangat. Abu Zar r.a. meriwayatkan bahawa Nabi SAW bersabda:

“Seorang wanita yang berkata kepada suaminya, “semoga engkaumendapat kutukan Allah” maka dia dikutuk oleh Allah dari atas langit yang ke tujuh dan mengutuk pula segala sesuatu yangdicipta oleh Allah kecuali dua jenis makhluk iaitu manusia dan jin.”

Abdur Rahman bin Auf meriwayatkan bahawa Nabi SAW bersabda:

“Seorang yang membuat susah kepada suaminya dalam hal belanjaatau membebani sesuatu yang suaminya tidak mampu maka Allah tidak akan menerima amalannya yang wajib dansunatnya.”

Abdullah bin Umar r.a. meriwayatkan bahawa Nabi SAW bersabda:

“Kalau seandainya apa yang ada di bumi ini merupakan emas danperak serta dibawa oleh seorang wanita ke rumah suaminya. Kemudian pada suatu hari dia terlontar kata-kata angkuh, “engkauini siapa? Semua harta ini milikku dan engkau tidak punya harta apa pun.” Maka hapuslah semua amal kebaikannya walaupun banyak.”

Nabi SAW adalah seorang yang sangat kasih pada umatnya dan terlalu menginginkan keselamatan bagi kita dari azhab Allah. Baginda menghadapi segala rupa penderitaan, kesakitan, keletihan dan tekanan. Begitu juga air mata dan darah baginda telah mengalir semata-mata kerana kasih-sayangnya terhadap kita. Maka kita sendirilah yang wajar berusaha untuk menyelamatkan diri kita, keluarga kita dan seluruh umat baginda.

MENYAKITI HATI SUAMI

Ali r.a. meriwayatkan sebagai berikut:

“Saya bersama Faimah berkunjung ke rumah Rasulullah dan kamitemui baginda sedang menangis. Kami bertanya kepada baginda, “Mengapa tuan menangis wahai Rasulullah?” Baginda menjawab,”Pada malam aku di Irak dan dimikrajkan ke langit, daku melihat orang sedang mengalami berbagai penyeksaan. Maka bila teringatkan mereka aku menangis.” Saya bertanya lagi, “Wahai Rasulullah apakah yang tuan lihat?” Baginda bersabda:

Wanita yang digantung dengan rambutnya dan otak kepalanya mendidih.

Wanita yang digantung dengan lidahnya serta tangannya dipaut dari punggungnya sedangkan tar yang mendidih dari nerakadituangkan ke dalam kerongkongnya.

Wanita yang digantung dengan buah dadanya dari balik punggungnya sedangkan air getah kayu zakum dituang ke kerongkongnya.

Wanita yang digantung, diikat kedua kaki dan tangannya ke arah ubun-ubun kepalanya serta dibelit dibawah kekuasaan ulardan kala jengking.

Wanita yang memakan badannya sendiri serta dibawahnya tampak api yang menyala-nyala dengan hebatnya.

Wanita yang memotong badannya sendiri dengan gunting dari neraka.

Wanita yang bermuka hitam dan memakan usus perutnya sendiri.

Wanita yang tuli, buta dan bisu dalam peti neraka sedang darahnya mengalir dari rongga badannya (hidung, telinga, mulut)dan badannya membusuk akibat penyakit kulit dan lepra.

Wanita yang berkepala seperti kepala babi dan keldai yang mendapat berjuta jenis seksaan.

Maka berdirilah Fatimah seraya berkata, “Wahai ayahku, cahaya mata kesayanganku, ceritakanlahkepadaku apakah amal perbuatan wanita-wanita itu.” Rasulullah SAW bersabda, “Wahai Fatimah, adapuntentang:

Wanita yang digantung dengan rambutnya kerana dia tidak menjaga rambutnya (tidak bertudung) di hadapan lelaki.

Wanita yang digantung dengan lidahnya kerana menyakiti hati suaminya dengan kata-kata. Kemudian Nabi SAW bersabda:

“Tidak seorang wanita yang menyakiti hati suaminya melaluikata-katanya kecuali Allah akan membuat mulutnya kelak dihari kiamat selebar 70 zira’ kemudian akan mengikatnya di belakanglehernya.”

Adapun wanita yang digantung dengan buah dadanya kerana dia menyusui anak orang lain tanpa izin suaminya.

Adapun wanita yang diikat dengan kaki dan tangannya itu kerana dia keluar rumah tanpa izin suaminya, tidak mandi wajibdari haidh dan nifas.

Adapun wanita yang memakan badannya sendiri kerana suka bersolek untuk dilihat lelaki lain serta suku membicarakankeaiban orang.

Adapun wanita yang memotong badannya sendiri dengan gunting dari neraka kerana dia suka menonjolkan diri (ingin terkenal)dikalangan orang ramai dengan maksud supaya orang melihat perhiasannya dan setiap orang jatuh cinta padanya kerana melihatperhiasannya.

Adapun wanita yang diikat kedua kaki dan tangannya sampai ke ubun-ubunnya dan dibelit oleh ular dan kala jengking keranadia mampu mengerjakan solat dan puasa, tetapi dia tidak mahu berwudhuk dan tidak solat serta tidak mahu mandi wajib.

Adapun wanita yang kepalanya seperti kepala babi dan badannya seperti keldai kerana dia suka mengadu domba(melaga-lagakan orang) serta berdusta.

Adapun wanita yang berbentuk seperti anjing kerana dia ahli fitnah serta suka marah-marah pada suaminya.

MENGEJEK DAN MENGUTUK SUAMI

Ada juga diantara isteri nabi-nabi yang mati dalam keadaan tidak beriman kerana mempunyai sifat yang buruk. Walaupun mereka adalah isteri manusia yang terbaik di zaman itu. Diantara sifat buruk mereka:

Isteri Nabi Nuh suka mengejek dan mengutuk suaminya.

Isteri nabi Lut suka bertandang ke rumah orang.

Semoga Allah beri kita kekuatan untuk mengamalkan kebaikan dan meninggalkan keburukan. Kalau kita tidak berasa takut atau tidak mahu berubah, maka kita khuatir jika kita tergolong dalam mereka yang tidak diberi petunjuk oleh Allah.

MEMBENCI POLIGAMI

Poligami sememangnya boleh menimbulkan kontroversi yang hebat seandainya tidak ditangani dengan berkesan. Justeru, dalam mengatasi permasalahan ini, kebijaksanaan para suami memainkan faktor penting dalam melayari kebahagiaan rumah tangga yang dibina.

“Sememangnya Islam membolehkan poligami. Hal ini dijelaskanoleh Allah SWT dalam surah An-Nisa ayat tiga yang bermaksud, “Kahwinilah wanita-wanita di kalangan kamu dua, tiga atau empat,tetapi sekiranya kamu takut tidak dapat berlaku adil, maka cukuplah dengan satu.”

Jadi dari situ kita lihat terdapat keharusan untuk berpoligami bagi kaum lelaki. Sungguhpun dibolehkan ia tidaklah dibuka dengan seluas-luasnya. Dibolehkan itu pula bergantung kepada sebab-sebab tertentu misalnya masalah isteri mandul, isteri gagal berfungsi dengan sempurna untuk melayan suami, suami ingin mendapat lebih ramai anak, ataupun suami sendiri mempunyai keinginan nafsu yang berlipat ganda sehingga kalaulah dengan seorang isteri itu boleh membawa dirinya ke arah penzinaan maka di situ ada keharusannya.

Bagaimanapun dalam berpoligami ini dituntut keadilan. Keadilan yang dimaksudkan ialah keadilan dari sudut zahiriah dan batiniah. Bagaimanapun keadilan dari segi perasaan tidak diambil kira. Ini dijelaskan sendiri oleh Rasulullah SAW yang menyebut, “bahawa memang kamu tidak boleh berlaku adil dalam masalahmembahagi kasih sayang, walaupun kamu mencuba sedaya upaya kamu.”Maklumlah masalah hati dan perasaan ini sememangnya suatu perkara yang sukar untuk ditangani. Namun demikian Rasulullah SAW mengingatkan agar dicuba seboleh mungkin untuk menampakkan keadilan.

Justeru dalam masalah poligami ini, walaupun ianya hak kaum lelaki namun ia bukanlah hak mutlak mereka kerana sejak dari zaman Rasulullah SAW lagi sehinggalah ke hari ini, sekiranya dengan perlaksanaan poligami itu boleh menimbulkan kekecohan dalam rumah tangga atau menyebabkan anak-anak terbiar misalnya, maka dengan sendirinya keharusan itu terbatal. Kalaulah si suami benar-benar ingin berpoligami maka ia perlu mencari jalan yang boleh mengawal isteri-isteri dan anak-anak.

Malangnya, apa yang berlaku hari ini, ramai suami yang tidak dapat melaksanakan tanggungjawab dengan adil terhadap isteri-isteri mereka. Walaupun dibenarkan suami bernikah di luar pengetahuan isteri pertama, dimana suami boleh bertindak merahsiakan pernikahannya. Namun demi menjaga kerukunan rumah tangga adalah lebih baik sekiranya isteri mengetahui tindakan suami kerana mereka juga sebenarnya mempunyai hak terhadap suami.

Cuba bayangkan perasaan seorang isteri apabila mengetahui wujudnya orang ketiga setelah sekian lama dirahsiakan. Tentulah lain jadinya berbanding jika si isteri diberitahu sendiri oleh suaminya, maka sudah tentu dia lebih bersedia walaupun pada peringkat awalnya agak sukar menerima keadaan. Isu isteri mengamuk atau tidak membenarkan ini sebenarnya bergantung kepada kebijaksanaan suami. Jika dia bijak berkomunikasi dengan isteri, sudah tentu pihak isteri akan berlembut. Tetapi bila isteri menolak dan membenci poligami, ianya bermakna isteri derhaka kepada suami dan menolak hukum Allah.

Sebenarnya jika pihak suami ikhlas dan bijak menangani keadaan, si isteri bukan sahaja memberi kebenaran untuk suami bernikah tetapi sanggup pula mencarikan calonnya. Namun apa yang berlaku kini sehinggakan isteri membantah keputusan suami untuk berpoligami ialah sikap suami yang cuba melarikan diri daripada tekanan hidupnya dan seolah-olah ingin mencari keseronokan lain.

Wanita yang dimadukan ini pula perlu mengetahui hak mereka. Dalam Islam, wanita yang dirinya diabaikan boleh membuat aduan kepada pihak yang berwajib, seperti mahkamah syariah atau qadhi, untuk menuntut keadilan dari segi nafkah, giliran dan segala yang berkaitan dengan haknya. Pihak isteri, tidak kira isteri keberapa, sekiranya menghadapi masalah perlu cepat membuat aduan berdasarkan saluran yang sah dan bukannya menceritakan kepada jiran atau pihak lain kerana ini bukan sahaja tidak dapat membantu menyelesaikan masalah bahkan memburukkan lagi keadaan. Jika isteri tidak pernah mengetahui haknya sebelum ini maka segeralah berjumpa pihak qadhi atau lain-lain yang berpengetahuan untuk bertindak. Ambil tindakan yang bijak dan bukannya dengan jalan yang tidak rasional.

Sekiranya setelah pengaduan dibuat, tetapi masih tidak mendapat perhatian daripada pihak suami maka wanita yang dizalimi ini boleh mengambil jalan keluar yang terakhir iaitu memohon fasakh atau tebus talak di mahkamah. Justeru itu pihak suami yang ingin melaksanakan poligami perlu menambah ilmu dan meningkatkan ketaqwaan kepada Allah. Fahami selok belok berpoligami seperti yang diamalkan oleh Rasulullah. Biarlah orang yang ingin dijadikan isteri itu benar-benar orang yang ingin dibela. Banyak berlaku di kalangan suami yang kononnya ingin membela nasib wanita, tetapi memilih anak gadis yang berumur 17 tahun, walaupun tak salah. Tentulah lari daripada konsep pembelaan. Rasulullah SAW dalam konteks membela kaum wanita, baginda mengahwini wanita-wanita yang janda dan sudah berumur bahkan ada yang sudah putus haidnya.

Janganlah poligami itu sahaja mengikut sunnah Rasul sedangkan pengamalannya tidak mengikut sunnah. Rasulullah sendiri sewaktu memperisterikan Khadijah tidak sekali-kali melakukan poligami. Baginda menghargai pengorbanan yang dilakukan oleh Khadijah. Setelah kematian Khadijah dan baginda berkahwin dengan Aisyah barulah baginda melaksanakan poligami berdasarkan wahyu Allah SWT.

Justeru pihak suami perlu berpada-pada dengan apa yang ada dan jika ada keinginan untuk berpoligami seharusnya menilai diri samada boleh mengikut anjuran Rasulullah atau sebaliknya. Poligami ini jelas merupakan satu keharusan dalam Islam. Bagaimanapun para suami yang berkeinginan untuk berpoligami perlu meneliti dahulu apakah diri mereka layak untuk melaksanakannya supaya tidak berlaku keretakan atau keruntuhan rumah tangga yang telah sedia dibina.

Apa yang penting ialah para suami perlu bijak menangani masalah rumah tangga, bersikap tegas dan berkeupayaan dalam menjalankan tugas seorang suami. Jangan pula pihak suami yang berpoligami ada niat untuk menumpang kekukuhan ekonomi pihak isteri kedua atau seterusnya, sudah tentu tidak kena caranya. Para isteri janganlah melawan hukum Allah yang membolehkan poligami bagi lelaki yang mampu melaksanakannya. Jadilah wanita solehah yang memahami keadaan suami dan memahami hukum Allah agar terlepas dari seksa Allah SWT.

ISTERI YANG DERHAKA KEPADA MENTUA

Tidak ada siapa yang mahu dicap sebagai anak derhaka, demikian juga yang terjadi kepada Alqamah. Sejak remajanya lagi Alqamah sentiasa memberi layanan yang baik kepada ibunya. Tidak pernah kasar kepada ibunya. Diceritakan, apabila tinggal berasingan dari ibunya, dia akan singgah menjenguk ibunya setiap hari ketika berulang-alik ke masjid.

Bagaimanapun, sikap Alqamah berubah apabila mendirikan rumah tangga. Kasih dan tumpuan sudah diberi kepada isteri tercinta, lalu sering terlupa pada ibu sendiri. Si ibu sudah jarang diziarahi hingga akhirnya si ibu memendam rasa terhadap si anak. Tidak ada siapa yang tahu hal ini, malah Alqamah sendiri pun tidak dapat mengesan gejolak hati ibunya. Hanya setelah Rasulullah SAW sendiri “menyoal siasat” si ibu kerana Alqamah tidak mampu mengucap syahadah dalam nazaknya, barulah perasaan yang terpendam itu diluahkan. Itu pun setelah Rasululah memerintahkan sahabat-sahabat menghimpun kayu api dan mengancam untuk membakar Alqamah. Akhirnya si ibu memaafkan anaknya itu, barulah Alqamah dapat mengucap syahadah dan menghembuskan nafas terakhir dalam redha ibunya.

Mengambil iktibar dari apa yang berlaku pada Alqamah, timbul persoalan kenapa boleh berlaku hal seumpama itu sedangkan hubungan menantu-mentua telah diatur dengan begitu cantik di dalam Islam. Islam menetapkan, apabila seorang lelaki berkahwin, bererti dia mengembangkan keturunan keluarganya. Isterinya adalah orang baru dalam keluarga itu yang harus diberi perlindungan, pembelaan dan diberi nafkah secukupnya oleh suaminya sebagai wakil keluarga.

Manakala keluarga sebelah isterinya walaupun ‘kehilangan’ seorang ahli tetapi dalam masa yang sama, mendapat jalinan hubungan dengan keluarga baru di mana kedua-dua keluarga wajib saling berhubungan (menjalin silaturrahim). Hubungan kedua-dua keluarga ini adalah dengan ketetapan bahawa anak perempuan tadi harus ‘tunduk’ di bawah wilayah tadbir keluarga suaminya dan akur dengan resam budaya keluarga itu selagi tidak melibatkan pelanggaran syariat.

1. Tidak Memuliakan Keluarga Suami

Di dalam kitab Muhimmah disebutkan bahawa antara sifat isteri yang solehah ialah dia memuliakan keluarga suaminya lebih daripada keluarganya sendiri. Apabila ia tidak memuliakan keluarga suami, bererti ia telah menderhakai suami. Namun dalam kes-kes seperti yang berlaku kepada Alqamah tadi, pihak suami tidaklah wajar dengan membiarkan dirinya renggang dengan keluarga sendiri, sebaliknya lebih rapat dengan keluarga isteri. Suami seolah-olah terpisah dari naungan keluarga sendiri, lalu lebih selesa berteduh di bawah naungan keluarga isteri.

Berlakunya hal seumpama ini didorong oleh kurangnya ilmu dan pimpinan baik di pihak suami atau isteri. Tanpa ilmu, tiadalah panduan bertindak dalam mengatur kehidupan. Tanpa pimpinan, hilanglah pedoman dan kekuatan mengatur langkah demi mencari keredhaan Allah. Ilmu penting untuk kejernihan akal, manakala pimpinan untuk menjernihkan jiwa.

2. Tidak sayang kepada keluarga suami

Isteri perlu memahami dengan jelas aspek-aspek tertentu dalam sistem kekeluargaan dalam Islam. Apa peranan dan kedudukannya dalam sebuah keluarga besar yang di situ ada ibu bapa, mentua, ipar dan saudara-mara lain. Bagaimana memberi prioriti (keutamaan) dalam hal-hal yang melibatkan hubungannya dengan suami dan hubungan dengan ibu bapa sendiri. Isteri perlu berfikir mana satu patut didahulukan antara taat kepada ibu bapa dengan memenuhi keperluan anak dan suami, antara tanggungjawab menggembirakan ibu bapa dengan tanggungjawab melayan anak dan suami dan lain-lain.

3. Kurang Memperhatikan Keluarga Suami

Isteri tidak istiqamah dalam menyuburkan sifat-sifat terpuji dan mengikis sifat-sifat keji yang dapat melahirkan akhlak mulia. Maka berlakulah kes-kes kurang memperhatikan ibu mentua atau mentua berkecil hati dan marah. Keadaan menjadi bertambah parah apabila isteri ego dan mengabaikan hak-hak mentuanya yang juga ibu kepada suaminya.

4. Tidak Ikhlas Kepada Keluarga Suami

Tanpa niat yang ikhlas, seorang isteri mudah alpa pada tanggungjawab terutama bila ditimpa dugaan. Bisikan syaitan dan bujukan nafsu tidak mampu ditepis. Tipu daya musuh batin yang begitu halus, tidak mampu lagi dikesan.

5. Melebihkan Keluarga Sendiri Daripada Keluarga Suami

Hal ini boleh berlaku apabila isteri tidak mengiktiraf kepimpinan suami dan kehadiran keluarga suami. Mungkin bagi sesetengah isteri, dia berasa kedudukan diri dan keluarganya lebih daripada kedudukan suami dan keluarga suami. Maka ketaatan pada suami adalah dengan ‘bersyarat’ iaitu suami memberi perhatian tidak berbelah bagi kepada dirinya dan keluarganya walaupun ini bermakna suami harus memutuskan hubungan atau renggang dengan keluarganya sendiri.

Kes ini biasa berlaku bila seorang lelaki berkahwin dengan wanita yang status sosial diri atau kerjaya lebih tinggi berbanding keluarga si lelaki. Bagaimanapun, ia berlaku juga dalam perkahwinan sekufu di segi status sosial tetapi mungkin berbeza di sudut lain seperti isteri lebih cantik atau pandai. Sebab itu hadis menyebutkan bahawa sesiapa yang mengahwini wanita semata-mata kedudukannya maka Allah tidak akan menambah kepadanya melainkan kehinaan. Dalam satu hadis lain disebutkan bahawa ciri isteri yang solehah itu ialah, “…jika disuruh nescaya ditaatinya dan apabila dipandang,menyukakan hati…”Antara cara menyukakan atau menggembirakan suami ialah memuliakan keluarga suaminya setiap masa, dalam keadaan apa sekalipun.

Namun ia satu perkara yang skar dilakukan jika ketaatan terhadap suami tidak benar-benar utuh. Kadang-kadang datang dugaan dalam bentuk mentua ditimpa sakit. Tidak ada di kalangan anak sendiri yang mampu atau sanggup menjaganya. Maka anak lelaki atas rasa tanggungjawabnya, mengambil peranan itu. Namun kerana dia sendiri sibuk dengan pekerjaan, tugas itu diamanahkan kepada isterinya. Maka waktu itu pengorbanan daripada seorang isteri sangat dituntut, atas dasar taat kepada suami dan berbakti kepada mentua. Tanpa ketaatan yang utuh, si isteri tidak akan sanggup bersusah-payah untuk menjaga mentua yang sakit dan berenggang dengan suami buat seketika.

Tanpa ketaatan yang sepenuhnya juga, isteri mungkin cuai pada tanggungjawabnya, yang mungkin kerana kongkongan ibu bapanya. Ini berlaku bilamana ibu tidak memberi kepercayaan penuh kepada anak untuk membina kehidupan sendiri dan duduk di bawah tadbir orang lain (suaminya). Isteri ini mungkin mempengaruhi suami dalam banyak hal, agar melebihkan keluarganya sendiri daripada keluarga suami.

6. Renggang Dengan Keluarga Suami

Memimpin dan mendidik isteri bukan sahaja untuk melahirkan isteri yang solehah tetapi juga ibu dan anak yang taat dan rela berbakti. Jika suami gagal mendidik isteri agar taat dan memuliakan mentua (ibu bapa suami), tentu isterinya tidak dapat diharapkan mendidik anak-anaknya agar hormat dan memuliakan datuk nenek mereka itu? Isteri tidak berasa dirinya sebahagian daripada keluarga suami, dan anak-anak tidak berasa diri mereka dekat dengan keluarga ayah sebagaimana dekatnya mereka dengan keluarga ibu. Bayangkan perasaan seorang mentua ketika itu. Menantu dan cucu-cucunya lebih mesra dengan keluarga besannya tetapi tidak dengan mereka.

7. Kurang Bersilaturrahim

Untuk membetulkan keadaan ini, maka penting bagi suami dan isteri menghayati ajaran Allah dalam soal menjalin hubungan silaturrahim dengan keluarga kedua-dua pihak. Di dalam Islam, menjalin silaturrahim adalah wajib dan memutuskannya adalah
haram malam termasuk dalam salah satu dosa besar. Rasulullah SAW bersabda maksudnya:

“Tidak masuk syurga orang yang memutuskansilaturrahim.”Sabdanya lagi, bermaksud:

“Sesungguhnya rahmat Allah tidak turun pada kaum yang adapadanya orang-orang yang memutuskan silaturrahim.”

(Riwayat Ahmad)

Di dalam Islam, asas-asas bagi jalinan silaturrahim yang kukuh di dalam keluarga (termasuk hubungan dengan mentua) adlaah:

Kefahaman yang jelas terhadap tanggungjawab setiap ahli dalam sesebuah keluarga.

Menghias diri dengan akhlak yang mulia seperti merendah diri, pemurah, pemaaf, sabar, redha, menghormati orang tua,penyayang, bersikap mengambil berat dan belas kasihan. Dengan akhlak mulia, hati mentua dapat ditawan melalui kemesraan yangdilahirkan. Mentua merasakan menantunya seperti anak sendiri, manakala si menantu dapat merasakan mentuanya bagai ibu sendiri; dihormati, disayangi sepenuh hati dan selalu diminta pandangannya.

Adanya niat yang ikhlas iaitu melakukan kebaikan dan menunaikan tanggungjawab semata-mata kerana Allah, menantu akansanggup berkorban untuk kebahagiaan mentua dan untuk kebahagiaan suami selagi tidak masuk dalam perkara mungkar atau maksiat.Niat yang ikhlas menjadi benteng dari bisikan syaitan dan hasutan pihak ketiga.

Adanya sifat amanah dalam menunaikan tanggungjawab. Setiap pasangan suami isteri perlu merasai bahawa isteri atausuaminya adalah anugerah Allah yang harus dipelihara. Bagi isteri, selain menjadi penenang jiwa bagi suami, dia harus menjadipembantu suami dalam melaksanakan tanggungjawab. Jika suami cuai dan lemah, maka isteri menjadi penguat. Sebab itu dalam hadis yang masyhur, Rasulullah bersabda:

“Dikahwini perempuan itu kerana empat perkara; hartanya,kecantikannya, kedudukan dan kerana agamanya, maka pilihlah perempuan yang beragama nescaya menguntungkankamu.”

Walaupun di peringkat awal si isteri tidak sedar berlakunya kelalaian di pihak suami tetapi disebabkan asas agamanya yang kuat, dapat mengingatkan suami atas kelalaiannya itu. Sebagai isteri memegang peranan yang penting agar keluarga mereka selamat dan diredhai Allah SWT. Dengan kukuhnya nilai Islam, dalam rumahtangga akan mencurah rahmat Allah dan di situlah lahirnya keberkatan. Bila ada keberkatan, suami dan isteri mampu menunaikan segala perintah Allah serta mampu pula menjalin hubungan baik dan mesra dengan ahli keluarga kedua-dua pihak terutama dengan ibu bapa sendiri dan mentua.

Untuk mengukuhkan hubungan kedua-dua belah pihak, terutama bagi pihak isteri agar tidak menderhakai suami, maka perlu dilakukan perkara-perkara berikut:

Taat dan berbakti kepada suaminya

Berbakti kepada ibu mentuanya dan memuliakan keluarganya

Mesra dengan suami dan sentiasa berusaha mencari keredhaannya

Tidak membuka rahsianya

Berdiri disisinya dan berkongsi pandangan dengannya

Membantu suami mentaati Allah

Memahami jiwa suaminya

Berhias untuk suami

Menemui suami di dalam kegembiraan dan bersyukur

Berkongsi kesedihan dan kegembiraan bersama suami

Menundukkan pandangan selain daripada suami

Tidak menceritakan keadaan wanita lain kepada suami

Mewujudkan ketenagan, kerehatan dan kedamaian dalam rumahtangga

Bertoleransi dan saling memaafkan

Wanita Yang Mendedahkan Aurat

MENAMPAKKAN PERHIASAN

Diharamkan bagi perempuan menampakkan perhiasannya kepada lelaki asing. Perhiasan yang dimaksud dapat berupa perhiasan atau pun aurat wanita itu sendiri. Allah Taala menyatakan di dalam firmanNya, maksudnya:

“Dan janganlah mereka menampakkanperhiasannya”

(An-Nur: 31)

Sehingga bila pada perempuan itu terdapat perhiasan samada di dada mahu pun pada tangannya, maka wajiblah baginya untukmenutupi kedua tempat itu. Terlebih-lebih di masa kini, di mana perempuan semakin terdedah dengan berbagai perhiasan dan warna-warni pakaian. Namun di sisi lain mereka yang berakal tidak meragukan lagi pengharaman atau larangan menampakkan perhiasan bagi perempuan di hadapan lelaki asing.

Ada pun perkara yang dilakukan wanita-wanita kini dengan berbagai bedak, minyak wangi dan sebagainya jelas dimaksudkan untuk memperindah atau mempercantik diri. Seterusnya mereka memperlihatkan diri mereka kepada para lelaki asing di jalan-jalan. Tidaklah diragukan lagi bahawa pengharaman terhadap hal seperti ini telah disepakati oleh seluruh ulama.

MELAKUKAN KEMUNGKARAN

Syeikh Imam Al Qurthubi menyebutkan kemungkaran yang dilakukan wanita pada zamannya. Katanya:

“Pasar-pasar penuh dengan perempuan. Rasa malu yang hanyatinggal sedikit telah bermaharajalela dan meliputi kebanyakan perempuan hingga dapat anda saksikan perempuan-perempuan dudukdalam keramaian kelompok-kelompok muzik, bersolek dan memakai perhiasan. Inilah kemungkaran yang telah menyebar di zaman kita sekarang. Kita berlindung kepada Allah dan keadaan seperti itu dan dari kemarahan-Nya.”

Al Allamah Ibnu Hajr al Haitami menganggap bahawa keluarnya seorang perempuan dengan memakai harum-haruman dan perhiasan merupakan dosa besar. Katanya:

“Dosa-dosa besar jumlahnya dua ratus tujuh puluh sembilan.Keluarnya seorang perempuan dari rumahnya dengan memakai harum-haruman dan perhiasan walau dengan seizin suami adalah salahsatu di antaranya.”

Rabi’ Ibnu Hirasyi meriwayatkan dari isterinya, dari saudara perempuan Hudzaifah yang berkata:

“Rasulullah SAW berkhutbah kepada kami: Wahai para perempuanbukankah kamu memiliki perhiasan perak dan emas yang kamu pakai untuk berhias? Sesungguhnya tidaklah seorang dari kamuberhias dengan emas yang dinampakkannya kecuali dia akan diseksa dengan perhiasannya itu.”

Dalam huraian ini jelas tedapat ancaman yang keras terhadap perbuatan menampakkan perhiasan opleh perempuan dihadapan orang-orang yang dilarang untuk melihat perhiasannya itu, padahal berhias dengan emas, perak dan sebagainya dibenarkan oleh syariat dengan tujuan untuk kelihatan cantik di hadapan suami. Sedangkan perbuatan selain daripada itu dianggap dosa dan wanita yang melakukannya termasuk ke dalam senarai mereka yang dicintai oleh iblis.
Hadis di atas menunjukkan bahawasanya dilarang seorang perempuan untuk menampakkan perhiasan. Baik yang berbentuk perhiasan biasa atau pun berbentuk tubuh badan dan sebagainya. Hal ini dikuarkan lagi dengan hadis dari Aisya r.a ketika ditanyakan kepadanya:

“Bagaimana pendapatmu tentang pewarna, celak, azimat, subang,gelang kaki, cincin emas serta pakaian nipis? Aisyah r.a. menjawab: “Wahai para wanita! Kisah tentang kalian adalah kisahtentang seorang wanita. Allah menghalalkan bagi kalian perhiasan tanpa boleh kamu berdandan atau bersolek bagi mereka yang tidak boleh melihat perkara yang haram dari diri kalian.”

WANITA YANG MENYUKAI FITNAH

Fitnah dan rosaknya zaman kini lebih diakibatkan oleh bermaharajalelanya wanita yang mendedahkan aurat. Dengan itu fitnah mempunyai kesan yang buruk dalam kehidupan manusia, yang dapat menimbulkan bencana dan memporak-perandakan kerukunan dan ketenteraman. Begitu buruknya fitnah itu sehingga pada saat Rasulullah SAW mengetahui bahawa Fadl Ibnu Abbas menoleh kepada seorang perempuan Khath’am yang terlarang untuk dilihat, segera baginda memalingkan wajah Fadl. Tidaklah hal tersebut dilakukan oleh Rasulullah melainkan kerana baginda tidak dapat menjamin tiadanya fitnah yang bakal terjadi di antara Fadl dan perempuan Khat’am tersebut.

Oleh sebab itu siapa pun yang mengetahui keadaan masyarakat moden dan keadaan di dalamnya yang penuh dengan kerosakan, pastilah menyedari bahawa mendedahkan aurat merupakan jalan yang dapat membawa manusia kepada hal-hal yang terlarang dan dapat membawa kepada kebinasaan. Sebeb wanita yang mendedahkan auratnya tidak akan bebas dari bahaya fitnah. Fitnah wanita yang mendedahkan aurat merupakan fitnah yang lebih berbahaya daripada fitnah yang lainnya.

Dari Usmah Ibnu Zaid r.a dari Nabi SAW yang bersabda:

“Tidaklah kutinggalkan nanti sesudahku fitnah yang lebihberbahaya bagi lelaki selain fitnah dari perempuan.”Demikianlah peringatan Nabi SAW kepada manusia agar mereka tidak terjatuh ke dalam jeratan wanita, tipu daya mereka tau pun tergelincir kerana mereka.

BERPAKAIAN TETAPI TERLANJANG

Tudung yang dikenakan perempuan saat keluar rumah disyaratkan haruslah tebal, tidak nipis pada bahagian bawahnya dan bukan tudung yang bercorak perhiasan sebagaimana trend yang dilakukan wanita di zaman ini. Memakai pakaian yang nipis tidaklah berbeza dengan berdandan dan memakai perhiasan. Lebih daripada itu berpakaian seperti itu bererti memancing timbulnya fitnah yang sememangnya harus dihindari.

1. Memakai Pakaian Nipis

Terdapat beberapa dalil yang menunjukkan larangan tersebut:

1. Dari Abu Hurairah r.a yang berkata:

“Rasulullah SAW bersabda: “Dua golongan dari ahli neraka yangtidak mahu saya lihat:”

Suatu kaum yang memegang cambuk/cemeti yang bagaikan ekor-ekor lembu. Kemudian dengan itu mereka cambukkan manusia.

Perempuan-perempuan yang berpakaian namun terlanjang. Berlenggang-lenggok ketika berjalan. Kepala-kepala mereka bagaikanpunuk-punuk unta yang senget. Mereka tidak akan masuk syurga dan tidak pula mendapatkan harumnya (syurga). Sesungguhnya harumsyurga itu terdapat pada perjalanan begini dan begini.” Al Hafidh Ibnu Abd. al Birri berkata: “Maksud dari sabda Rasulullah SAW “Berpakaian tetapi terlanjang” adalah gambaran tentang perempuan yang berpakaian dari kain yang nipis yang dapat memberikan gambaran bentuk tubuh dan bukan bersifat menutupi tubuh. Kaum perempuan seperti ini secara zahir dan secara sebutannya sahaja berpakaian, namun pada hakikatnya mereka berterlanjang.

2. Memakai Pakaian Ketat & Sempit

Di antara syarat-syarat menutup aurat seorang wanita muslimah adalah agar pakaian yang dipakai tersebut hendaklah longgar dan tidak sempit. Dengan demikian bentuk tubuhnya tidak dapat digambarkan. Pakaian yang sempit dapat menampakkan lekuk-lekuk tubuhnya, dan bila keadaannya seperti itu, maka pakaian tersebut dapat menjadi bahagian dari perkara yang dapat menyesatkan. Dapat juga menjadi salah satu sebab bagi timbulnya kejahatan dan menjadi salah satu sebab menimbulkan fitnah. Maka untuk melindungi perempuan dan untuk memelihara masyarakat, Islam mengharamkan ‘tabarruj’ (berhias) sekaligus memerintahkan perempuan agar berpakaian hijab dengan memakai pakaian yang longgar, tebal, dan tidak tergambar bentuk tubuhnya.

Perhatikanlah! Allah sebegitu jauhnya memerintahkan kepada seorang perempuan muslimah untuk menutup tubuhnya dan tidak menampakkan sedikit pun dari bentuk tubuhnya itu. Kesemuanya ini dengan matlamat untuk menghormati dan melindungi kaum wanita agar mereka memiliki marwah dan harga diri yang sempurna. Bagaimana dengan perempuan-perempuan di zaman kita sekarang. Mereka telah keluar dari syariah yang telah ditetapkan Allah di dalam hal berpakaian. Yang mereka pakai adalah pakaian yang sempit, pendek dan ketat. Mereka juga memperlihatkan perhiasan-perhiasan pada tempat-tempat berkumpulnya manusia. Terhadap hal ini para suami atau pun wali mereka hanya dapat mendiamkannya sahaja. Sebahagian dari mereka kita ketahui tetap mendirikan solat, membayar zakat malah juga memuliakan Allah dengan berhaji ke rumah-Nya yang suci.

Sebagaimana wanita dilarang berpakaian ketat yang dapat menggambarkan bentuk tubuhnya, demikian jugalah dilarang bagi para muhrim untuk melihat yang tergambar dari auratnya. Sedangkan kepada lelaki asing dilarang untuk melihat yang tergambar dari seluruh bentuk tubuh wanita. Walau pun pakaian yang dikenakan itu tebal serta tidak nipis.

3. Memakai Pakaian Warna-Warni

Dasar dari menutup aurat ke atas wanita adalah untuk menutupi bentuk tubuh dan mencegah pandangan orang kepadanya. Maka jika hijab diperindah dengan gambar-gambar yang menawan, warna-warni atau pun jahitan yang indah dan dapat menarik perhatian orang lain, akan hilanglah hikmah memakainya. Hijab yang seperti itu tidak berfungsi untuk mencegah pandangan orang lain, tidak pula dapat menolak kesan yang bakal ditimbulkannya. Oleh itu pakaian yang seperti itu dilarang untuk dipakai. Dengan itu pakaian-pakaian seperti itu termasuklah ke dalam senarai pakaian-pakaian yang tidak boleh untuk ditampilkan dan dipakai. Padahal dengan menutup aurat yang sempurna, akan tertutuplah salah satu sebab dari pelbagai sebab yang dapat menimbulkan fitnah, dan tertutup pulalah ancaman mangsa bagi manusia yang telah sakit jiwanya.

Wanita Yang Menyerupai Lelaki

DARI SEGI PAKAIAN

Tidak dibenarkan seorang wanita menyerupai seorang lelaki atau pun sebaliknya seorang lelaki menyerupai seorang wanita. Penyerupaan tersebut dilarang samada dalam suara, bentuk tubuh, cara berjalan, gerak-geri, pakaian mahupun dalam hal-hal lain yang memang pada keduanya telah terdapat perbezaan. Allah Taala telah menciptakan wanita dan lelaki. Bagi masing-masing diciptakan pula tabiat yang khusus sehingga mereka saling berbeza. Dengan perbezaan tersebut yang satu akan tertarik kepada yang lainnya. Dia dapat menenteramkan hati dan perasaannya kepada pasangannya. Dengan begitu kehidupan manusia akan berlanjut untuk memakmurkan dunia. Namun sebaliknya penyerupaan antara yang satu dengan yang lain merupakan kenyataan yang melanggar norma kehidupan. Sekaligus sebagai penderhakaan terhadap fitrah wanita dan lelaki yang telah ditetapkan Allah kepada mereka. Lalu berkecamuklah di hadapan mereka faham-faham persamaan. Menghilanglah sendi-sendi perbezaan alami di antara kedua jenis tersebut. Masing-masing telah mulai kehilangan spesifikasi khas yang dimiliki dan yang membezakannya. Hingga mulailah terdapat kecenderungan wanita untuk bersifat ‘jantan’ (kelelakian) dan lelaki pula bersifat kewanitaan (pondan). Pernikahan akhirnya tidak dipentingkan kerana memperturutkan kemahuan sesama jenis.

Dengan begitu bermaharajalelalah homoseksual. Terjadilah perbuatan-perbuatan yang dapat menjauhkan rahmat Allah. Kehinaan mengambil tempat kemuliaan. Perbuatan seks dengan sesama jenis meminggirkan tempat-tempat pernikahan yang sesuai dengan syariah. Hal ini dapat disaksikan di Eropah. Mulai dari bercinta dengan sesama jenis hingga kepada penghambaan terhadap nafsu syahwat. Malahan sebahagian perempuan dari masyarakat tersebut dapat menjadikan anjing sebagai tempat pelampiasan hawa nafsunya. Kebiasaan-kebiasaan buruk itu, kini mulai menyerang belia-belia Islam. Dimulai dengan mengikuti kebiasaan-kebiasaan aneh mahupun kegemaran-kegemaran yang tidak lazim, pemuda di dunia Islam mulai memanjangkan rambutnya, mencukur janggutnya, menghaluskan suara dan juga menyempitkan pakaiannya. Sedangkan gadisnya memendekkan rambut, merokok, bersuara lantang bagaikan lelaki. Semua itu dilakukan tanpa rasa malu yang dapat menghalangi perbuatan tersebut.

Rasulullah melarang seorang lelaki menyerupai wanita dan juga wanita yang menyerupai lelaki. Dari Abu Hurairah r.a yang berkata:

“Rasulullah SAW melaknat lelaki yang memakai pakaianperempuan atau pun perempuan yang memakai pakaian lelaki.”

Dari Ibnu Abbas yang berkata:

“Rasulullah SAW melaknat lelaki yang menyerupai perempuan danperempuan yang menyerupai lelaki.”

Al Hafiz Ibnu Hajr berkata:

“Menurut at Tabari, maknanya bahawa tidaklah dibolehkanlelaki menyerupai perempuan dalam pakaian atau pun perhiasan yang memang dikhususkan untuk perempuan. Demikian sebaliknya,dan demikian pula kiranya dalam berbicara dan berjalan. Ada pun dalam hal bentuk pakaian terdapat perbezaan pendapat berkenaan dengan perbezaan negeri. Akan tetapi perempuan dibezakan dengan berhijab dan menutupi dirinya (tubuhnya).”

Tentang penyerupaan dalam suara dan berjalan, hal ini dikhususkan kepada mereka yang memang sengaja melakukannya. Namun apabila penyerupaan tersebut memang dari asalnya (pembawaan lahir/semulajadi) dia hanya diperintahkan untuk meninggalkannya dan berusaha secara tekun dan beransur-ansur untuk merubatnya. Bila dia tidak berbuat seperti itu, lalu dia pun tetap dalam kebiasaan tersebut, maka dia akan mendapat celaan. Bila keadaannya seperti itu maka itulah dimaksudkan dengan lafaz (menyerupai). Sedangkan yang telah pasti seperti menurut an Nawawi: seorang pondan semulajadi (pembawaan lahir) tidak akan dicela selama dia tidak mampu untuk meninggalkan sifatnya dalam berjalan, berbicara, setelah berubat dan usaha untuk memperbaikinya. Namun bila dia dapat merubah (pembawaan lahir) tersebut walau pun secara beransur-ansur sedangkan dia menolaknya, maka dia mendapat celaan.

Dari Ibnu Abbas r.a yang berkata:

“Rasulullah SAW melaknat lelaki yang bersifat keperempuanandan perempuan yang kelelakian. Sabdanya: “Keluarkanlah mereka dari rumah-rumahmu.” Ibnu Abbas berkata: “Nabi SAW mengeluarkanseorang lelaki seperti itu dan Umar mengeluarkan perempuan yang seperti itu.” Jika seorang perempuan mengenakan pakaian lelaki yang dibalik, berlubang dan tangannya yang sempit, bererti dia telah menyerupai lelaki. Maka dia akan mendapat laknat dari Allah. Demikian pula dengan suaminya yang membiarkannya seperti itu atau pun redha kepada perbuatan isterinya serta tidak melarang dan mencegahnya padahal para suami diperintahkan untuk memelihara isteri mereka agar teguh di dalam ketaatan kepada Allah. Para suami juga diperintahkan untuk mencegah isteri mereka dari perbuatan maksiat. Hal ini adalah amanat dari firman Allah SWT menerusi firman-Nya yang bermaksud:

“Didiklah dan ajarlah mereka dan suruhlah mereka untuk mematuhi Allah lalu cegahlah mereka dari berbuat maksiat kepada Allah.”

(At-Tahrim: 6)

Wanita Yang Menyerupai Orang Kafir

DARI SEGI PAKAIAN

Tidak dibenarkan seorang muslim menyerupai orang kafir di dalam perbuatan, ucapan dan perayaan hari raya mereka. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat Islam dapat memiliki keperibadian yang berbeza dari yang lain dalam segala cara kehidupan mereka. Selain itu kesepakatan masyarakat muslim dengan masyarakat kafir di dalam perbuatan, ucapan, pakaian mahupun hari-hari raya mereka dapat mendorong mereka untuk menyerupai masyarakat kafir. Tentunya hal ini dapat menimbulkan kerosakan akidah dan dapat menghilangkan identiti keperibadian masyarakat muslim. Dan kemungkinan lebih jauh, bahawa mereka menjadi pengikut
masyarakat yang memusuhi mereka. Padahal Islam tidak menghendaki penganutnya menjadi pengikut musuh-musuhnya. Akidah yang mereka pegang mengajarkan mereka menjadi pemimpin bagi manusia, bukannya menjadi pengikut bagi setiap pendusta dan penyeleweng. Firman Allah yang bermaksud:

“Janganlah kamu bersikap lemah dan jangan pula kamu bersedihhati padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi darjatnya jika kamu orang-orang yang beriman.”

(Ali Imran: 139)

Adapun larangan untuk menyerupai dengan masyarakat kafir terdapat pada beberapa tempat di dalam al Quran al Karim. Demikianpula, terdapat di dalam sabda Rasulullah SAW. Firman Allah yang maksudnya:

“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat dariurusan agama, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. Sesungguhnyamereka sekali-kali tidak akan dapat menolak dari kamu sedikit pun dari seksaan Allah. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu sebahagian mereka menjadi penolong bagi sebahagian yang lain dan Allah adalah pelindung bagi orang-orang yang bertaqwa.”

(Al Jatsiah: 18-19)

Seterusnya Allah SWT menjelaskan bahawa sebahagian dari masyarakat kafir adalah wali bagi yang lain samada di dunia mahupundi akhirat. Namun tidak seorang walupun dari mereka yang dapat memberikan manfaat untuk mencapai pahala ataupun untuk menghindarkan diri mereka dari azab Allah. Sebaliknya, masyarakat muslimin yang bertakwa dan mendapat petunjuk, sesungguhnya Allah lah Tuhan mereka. Syeikh Ibn Taimiyah berkata: Allah telah menjadikan bagi Nabi Muhammad SAW sebuah syariat lalu Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad SAW agar mengikuti syariat tersebut serta melarangnya agar mengikuti kehendak hati orang-orang yang tidak mengetahui. Termasuk ke dalam pengertian orang-orang yang tidak mengetahui tersebut adalah orang-orang yang menentang syariat yang dibawa Nabi Muhammad SAW.

MEMAKAI PAKAIAN YANG ADA TANDA SALIB

Tidak dibolehkan mengenakan pakaian yang tedapat gambar salib di dalamnya atau pun seumpamanya. Pkaian yang dilarang tersebut termasuklah tudung yang dipakai untuk keluar atau pun untuk yang lainnya. Larangan terhadap salib ini dapat difahami kerana salib adalah syiar dan lambang dari agama Nasrani (Kristian). Mereka telah membuat salib tersebut sebagai lambang untuk sebuah akidah yang sesat. Iaitu anggapan yang mereka yakini bahawa Nabi Isa as. telah dibunuh dan disalib. Oleh itu mereka mensucikan salib sebagai dasar ketaatan terhadap akidah mereka dan menghormati atau pun mengagungkannya adalah cara untuk mendekati Tuhan. Allah Taala menyatakan bahawa anggapan mereka tersebut adalah dusta dan kebohongan. Firman Allah yang bermaksud:

“Dan kerana ucapan mereka: “Sesungguhnya kami telah membunuhal Masih Isa putera Maryam, Rasul Allah.” Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi (yang merekabunuh) ialah orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih faham tentang (pembunuhan) itu benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka. Mereka tidak (pula) yakin bahawa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya) Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

(An Nisa: 157-158)

Hadis-hadis berikut ini menunjukkan adanya larangan mengenakan pakaian apa sahaja yang terdapat salib dan seumpamanya.Dari Imran Ibnu Hitthan, sesungguhnya Aisyah ra. memberitahunya bahawa Rasulullah SAW tidak akan membiarkan di dalam rumahnya terdapat sesuatu yang ada salibnya kecuali dihilangkannya.

Dari Aisyah ra. yang berkata:

“Kami tidak memakai pakaian yang terdapat gambar salibpadanya. “Dari Abu al Jahhaf, katanya:
“Saya bertanya kepada Abu Jaafar tentang kotak Tabut yang ku miliki dan padanya terdapat gambar-gambar. Lalu Abu Jaafar memberitahuku bahawa dia melihat Umar membakar pakaian yang adagambar salibnya, dia pun menghilangkan salib dari pakaian itu.”

Dari riwayat para sahabat ini terdapat petunjuk tidak boleh memakai pakaian yang terdapat padanya salib. Kalau tidak tentu Umar ra. tidak berani membakar pakaian tersebut.

Dari Ibnu Aun dari Muhammad bahawa Rasulullah SAW melihat pada tirai beberapa isterinya gambar salib, lalu baginda memerintahkan hingga mereka memotongnya. Dari beberapa hadis mahupun riwayat tersebut diatas, terdapat petunjuk yang jelas yang melarang memakai pakaian terdapat padanya gambar salib. Bila tidak, bererti kita menyerupai masyarakat Kristian yang telah menjadikan salib sebagai lambang akidah mereka yang batil mahupun sebagai syiar syariat mereka yang telah diselewengkan. Ibnu Qudamah berkata:

“Dibenci adanya gambar salib dalam pakaian kerana Imran Ibnu Hitthan telah meriwayatkan dari Aisyah ra. bahawa Rasulullah SAW tidak akan membiarkan di dalam rumahnya sesuatu yang adasalibnya kecuali dihancurkannya.”

Imam Bukhari telah menjelaskan hadis ini di dalam kitab al Buyu’ pada Bahagian “Perdagangan Benda-benda yang dibenci untuk lelaki dan perempuan.” Al Hafiz Ibny Hajar dalam penjelasannya mengatakan: “Larangan memakai pakaian atau kain yang terdapat gambar-gambarnya untuk semua golongan samada kepada lelaki mahupun kepada perempuan.”

Wanita Yang Tidak Mahu Mengurus Anak

Setiap insan yang bernama ibu dan bapa menginginkan dikurniakan anak-anak yang soleh dan solehah kerana seorang anak yangberiman dan mempunyai akhlak yang mulia akan dapat membantu ibu bapa baik di dunia lebih-lebih lagi di akhirat nanti. Sememangnya itulah idaman kita, tetapi adakah kita berusaha untuknya? Apakah yang kita lakukan untuk menjamin cita-cita kita itu? Kebanyakan yang berlaku sekarang ini ibu bapa membiarkan anak-anak mereka menjalani hidup sendiri. Ibu bapa hanya berpuas hati jika dapat memberi makan dan minum kepada anak secukupnya.

Begitu juga ibu bapa berasa senang hati apabila dapat membiayai anak mereka dalam pelajaran. Tetapi berapa ramai ibu bapa yang mengasuh dan mendidik anak-anak supaya menjadi anak yang soleh yang tinggi budi pekertinya? Jawabnya tidak ramai dan ini terbukti apabila gejala sosial yang melanda di kalangan remaja sekarang ini semakin berleluasa dan berada pada tahap yang membimbangkan.

MENGABAIKAN ANAK

Untuk melahirkan anak yang baik yang mempunyai akhlak dan budi pekerti yang tinggi bukanlah terlalu sukar. Cuma ibu bapa hendaklah menjalankan tanggungjawab yang sepatutnya dilakukan oleh mereka terhadap anak-anak. Perkara yang paling penting sekali ialah sentiasa mendampingi anak-anak atau memberi perhatian kepada mereka. Mendampingi anak-anak sangat mustahak kerana dengan cara ini sahaja kita akan dapat mengetahui perasaan dan sebarang permasalahan yang dihadapi oleh mereka. Jika kta mengabaikannya, menyebabkan mereka memendam rasa yang boleh merosakkan atau membahayakannya. Biasanya anak yang mempunyai masalah, yang tidak diambil peduli oleh ibu bapa, akan mencurahkan isi hati mereka kepada kawan-kawan yang rapat dengannya. Mencurahkan isi hati pada rakan tidaklah menjadi kesalahan tetapi sekiranya rakan-rakannya itu adalah dari kalangan mereka yang mempunyai peribadi yang buruk ditakuti akan merosakkan anak tersebut.

Pelbagai cara boleh dilakukan untuk membolehkan ibu bapa berdamping atau berkawan dengan anak-anak remaja mereka. Pertama, ibu bapa hendaklah sentiasa memperhatikan perilaku dan gerak-geri harian anak remajanya kerana dengan cara ini akan membolehkan kedua ibu bapa mengetahui masalah yang dihadapi oleh mereka. Apabila masalah dan perasaan anak dapat diselami, maka mudahlah si ibu atau bapa untuk mendampinginya dan menjadi kawan kepada mereka.

CEREWET KEPADA ANAK

Selain daripada itu ibu bapa juga janganlah hendaknya terlalu cerewet dalam mendidik anak-anak remaja. Umpamanya, jangan terlalu sangat ingin mencungkil rahsia anak remaja, kerana cara ini boleh menjauhkan atau merenggangkan lagi anak-anak daripada kedua ibu bapa. Ini adalah kerana anak-anak pada peringkat ini dalam proses membentuk keperibadiannya sendiri dan mereka tidak suka hatta ibu bapa mereka sendiri mengetahui rahsia peribadi mereka.

Bagaimanapun apabila ibu bapa dan anak telah menjadi begitu mesra, maka dengan sendiri rahsia anak-anak akan dapat diketahui dengan mudah kerana antara ibu bapa dan anak sudah tidak ada lagi benteng pemisah. Oleh itu ibu bapa hendaklah bijak mendampingi anak-anak supaya mereka dapat menceritakan apa sahaja yang terpendam dalam hati mereka sebagaiman mereka mencurahkan segala isi hati mereka kepada rakan yang rapat dengan mereka.

MEMANDANG REMEH DAN MENENGKING

Apabila anak meluahkan masalah yang dihadapi, maka janganlah pula ibu bapa memandang remeh atau tidak mengendahkannya, tetapi hendaklah mengambil perhatian. Sekiranya apa yang disuarakannya itu dirasakan betul hendaklah menyetujuinya dan jika sebaliknya maka ibu bapa hendaklah memberi nasihat dengan cara yang baik, bukannya dengan menengking atau menolak hujah mereka mentah-mentah. Selain daripada itu untuk mendampingi anak-anak, ibu bapa boleh mengajak sama anak-anak remaja mereka dalam merundingkan sesuatu hal atau masalah dalam keluarga. Misalnya dengan cara meminta pandangan atau timbul dalam keluarga. Cara begini dapat menimbulkan rasa dihormati dan perasaan tanggungjawab pada keluarganya. Secara tidak langsung, tentunya akan menambahkan keintiman hubugan antara anak dengan ibu bapa.

TIDAK MAHU BERKUMPUL DAN BERAMAH MESRA

Ibu bapa juga hendaklah sentiasa meluangkan masa untuk anak-anak. Misalnya, pada waktu lapang mengajar anak-anak berkumpul untuk beramah mesra & dalam masa yang sama bertukar-tukar fikiran. Pada masa beginilah ibu bapa akan dapat mendekati atau mengenal hati budi mereka dan secara tidak langsung akan mengeratkan hubungan antara keduanya. Sesungguhnya anak remaja adalah golongan yang mempunyai tingkat sensitiviti yang tinggi kerana pada tahap ini mereka dalam zaman peralihan untuk menjuju ke alam dewasa. Ibu bapa harus memahami keadaan ini dan hendaklah dapat menyesuaikan diri dengan pengaruh emosi yang ada dalam diri anak mereka. Sebenarnya banyak cara yang boleh dilakukan oleh ibu bapa untuk mendampingi anak-anak bergantunglah pada suasana dalam keluarga itu sendiri. Dengan hubungan mesra yang terjalin antara anak-anak dan ibu bapa akan mengelakkan anak-anak daripada terjerumus ke dalam perkara-perkara yang tidak baik seterusnya dapat mewujudkan sebuah keluarga yang bahagia.

Penyakit Wanita Berkarier

Kita hari ini hidup dalam masyarakat moden dimana sistem komputer sudah mempengaruhi hidup manusia. Dia masa yang sama manusia sudah mencipta alat-alat canggih di darat, laut dan udara termasuk di angkasa lepas. Semuanya mesti berkejar-kejar agar tidak ketinggalan hingga memaksa ibu dan bapa bekerja sepenuh masa atau lebih masa untuk jaga status, hingga anak-anak mereka dibiarkan membesar dan diurus oleh orang gaji; jiran yang menjaga atau ditempatkan di nurseri seperti anak-anak ayam yang ditetas oleh kuasa elektrik.

Apabila si isteri dan anak gadis bekerja; mereka sudah masuk ke satu alam kerjaya – menjadi wanita berkarier. Sudah tentu mereka akan hidup berbeza dengan surirumah sepenuh masa. Di masa dulupun memang ada wanita bekerja; tetapi masalah yang dihadapi oleh wanita hari ini amat membimbangkan dari segi kesihatan.

Dalam masyarakat perkampungan, wnaita bekerja membantu keluarga memasarkan hasil pertanian tidak menghadapi masalah penyakit zaman moden. Ini adalah kerana mereka makan makanan berkhasiat dengan ulam-ulam tanaman sendiri, padi tanam sendiri dan tinggal di kawasan udara bersih. Anak-anak mereka dijaga oleh datuk atau neneknya dan makanan yang disediakan untuk anak-anak ini juga dari hasil tanaman tidak seperti anak-anak di bandar besar yang gemar makan junk foods. Harini kebanyakan suami isteri tidak suka ibu atau bapa masing-masing pihak tinggal bersama. Mereka lebih rela orang gaji tinggal bersama mereka atau jika tidak mampu hantar sahaja anak ke mana-mana yang sanggup menjaga mereka. Dan si isteri ikut sama keluar pagi-pagi buta ke tempat kerja bersama suami atau pergi sendiri setalah urusan hantar anak ke tempat penjaga. Balik sebelah petang atau malam mereka terpaksa juga menyediakan makan malam, jika malas cari jalan ringkas seperti beli sahaja makanan yang dijual di luar atau masak makanan segera walaupun tidak ada zat pada makanan itu. Ditambah lagi dengan kerja yang hanya duduk di kerusi hadapi komputer, sehingga peluang untuk senaman tidak ada. Jika tidak diatasi masalah sembelit, ianya membawa kepada gejala-gejala lain seperti selalu sakit kepada, badan rasa lemah, kurang selera makan dan sakit gastrik.

Penat

Lantaran kesibukan yang keterlaluan sehingga tidak ada masa untuk menguruskan diri sendiri dengan teratur, corak pemakanan yang tidak seimbang dan berdiet yang keterlaluan semata-mata untuk menguruskan badan.

Terdapat juga wanita yang merasakan bahawa penyakit yang dia hidapi itu tidak serius, kalau sakit sangat baru hendak jumpa doktor. Hari ini sindrom wanita muda memiliki tulang orang tua sudah ada di kalangan wanita berkarier – umur masih muda tetapi tulangnya sudah reput – penyakit osteoporosis. Puncanya ialah kerana kekurangan bahan kalsium dalam badan, senaman yang kurang atau tidak langsung senaman dan kurang menerima cahaya matahari. Kurang menerima cahaya matahari ialah kerana:

Pergi kerja awal sebelum matahari terbit sudah dalam perjalanan dan apabila matahari sudah terbit, ianya sudah beradadalam pejabat berhawa dingin,

Kalau pun keluar makan dia akan berpayung

Balik dari kerja ketika matahari akan terbenam, malah kalau kerja lebih masa, matahari sudah tiada lagi.

Kurang kalsium terjadi kerana:

Selepas umur 35 tahun, kadar kehilangan kalsium dalam tubuh melebihi kadar penyerapannya. Bagi mereka yang sudah putushaid (menopaus) kehilangan hormon lebih terdedah kepada penyakit osteoporosis. Hormon yang terdapat dalam tubuh membantupengambilan dan penyerapan kalsium.

Faktor cahaya matahari penting kerana untuk mendapatkan vitamin D yang akan membantu dari segi penyerapan kalsium.

Kurang makan makanan yang berzat.

AMALAN AGAR TIDAK DIMURKAI ALLAH

Allah yang Maha Bijaksana telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik kejadian. Dan Dia telah menjadikan hamba-Nya itu berpasang-pasangan, lelaki dan wanita yang saling memerlukan, sebahagiannya menjadi pembantu kepada sebahagian yang lain.

1. Memelihara Kemaluan dan Melayan Suami

Allah telah mengurniakan kepada wanita dengan berbagai kelebihan. Banyak amalan ataupun cara agar wanita itu tidak dimurkai Allah, malahan syarat untuk wanita masuk syurga begitu mudah. Anas bin Malik meriwayatkan bahawa Nabi SAW bersabda:

“Seorang wanita yang mengerjakan solat lima waktu, berpuasa wajib sebulan, memelihara kemaluannya serta taat kepada suaminya maka pasti dia akan masuk syurga dari pintu mana saja yang dikehendakinya.”

(HR Abu Nuaim)

Abd. Rahman bin Auf meriwayatkan bahawa Nabi SAW bersabda:

“Seorang wanita solehah lebih baik dari 1000 lelaki yang bukan soleh. Dan seorang wanita yang melayan suaminya selama seminggu maka ditutupkan baginya tujuh pintu neraka dan dibuka lapan pintu syurga yang mana dia dapat masuk dari pintu mana saja tanpa hisab.”

Siti Aisyah meriwayatkan bahawa Nabi SAW bersabda:

“Tidaklah seorang wanita yang haidh kecuali haidhnya merupakan kifarah bagi dosa-dosanya yang telah lalu. Dan pada hari pertama haidhnya membaca:

“Alhamdulillahi ‘ala kulli hal wa astaghfirullaha min kulli zanbih”

Maka Allah menetapkan baginya bebas dari neraka, dengan mudah melalui sirat, aman dari seksa bahkan Allah mengangkat ke atasnya darjat 40 orang syuhada apabila dia selalu berdzikir kepada Allah selama haidhnya.”

2. Menjaga Harta Suami

Abu Hurairah meriwayatkan bahawa Nabi SAW bersabda:

“Sebaik-baik wanita adalah apabila engkau pandang dia maka dia mengembirakan, bila engkau perintah dia taat, bila engkau tiada dia menjaga hartamu dan menjaga pula kehormatan dirinya.”

3. Taat kepada Suami

Ada sebuah riwayat bahawa pada zaman Nabi SAW ada seorang lelaki yang akan berangkat untuk berperang di jalan Allah. Dia berpesan kepada isterinya.

“Wahai isteriku…janganlah sekali-kali engkau meninggalkan rumah ini sehingga aku kembali.”

Secara kebetulan ayahnya menderita sakit, maka wanita tadi mengutus seorang lelaki menemui Rasulullah SAW. Baginda bersabda kepada utusan itu,

“Agar dia taati suaminya.”

Demikian pula wanita itu mengutus utusannya bukan hanya sekali sehingga akhirnya dia mentaati suaminya dan tidak berani keluar rumahnya. Maka ayahnya meninggal dunia tetapi dia tetap tidak melihat mayat ayahnya. Dia tetap sabar sehingga suaminya pulang. Maka Allah memberi wahyu kepada Nabi yang bermaksud, memberi wahyu kepada Nabi yang bermaksud,

“Sesungguhnya Allah telah mengampuni wanita tersebut disebabkan ketaatannya kepada suaminya. Dalam riwayat yang lain mengatakan bahawa Allah turut mengampuni dosa ayahnya disebabkan ketaatan anaknya itu.

Inilah sebenarnya perkara yang menyebabkan wanita diredhai oleh Allah bukannya dalam persamaan hak yang seperti dituntut oleh penjahil agama. Sedangkan dalam peristiwa Israk Mikraj, Nabi telah melihat ke dalam syurga 500 tahun lebih awal dari suami mereka…dan bila melihat ke dalam neraka Nabi dapati 2/3 dari penghuninya adalah wanita. Oleh itu takutilah kita semua akan kemurkaan Allah.

4. Membasuh Pakaian Suami

Abdullah bin Mas’ud meriwayatkan bahawa Nabi SAW bersabda:

“Apabila seorang wanita mencuci pakaian suaminya maka Allah mencatat baginya 1000 kebaikan, diampunkan 2000 kesalahan bahkan segala sesuatu yang disinari matahari akan memohon ampun baginya dan Allah mengangkat 1000 darjat untuknya.”

5. Memasak, Berdzikir dan Menutup Aurat

Maulana Syed Ahmad Khan dalam bayannya menceritakan kelebihan yang dimiliki oleh wanita. Katanya:

Seorang wanita yang solehah lebih baik dari seorang wali Allah.

Wanita yang menguli tepun dengan membaca Bismillah akan diberkati Allah rezekinya.

Wanita yang menyapu lantai dengan berdzikir dapat pahala seperti membersihkan Baitullah.

Wanita yang solehah lebih baik dari 70 orang lelaki yang soleh.

Allah akan berkati rezeki apabila wanita memasak dengan dzikir.

Seorang wanita yang menutup auratnya dengan purdah ditingkatkan oleh Allah nur wajahnya 13 kali dari wajah asal.

Semua orang akan dipanggil untuk melihat wajah Allah yang Maha Indah di akhirat nanti tetapi bagi Allah sendiri akan datang untuk berjumpa dengan wanita yang memberati auratnya iaitu yang memakai purdah dengan istiqamah.

surat dhuha



Artinya : Waktu Matahari Sepenggalah Naik
Surat ke 93 = 11 Ayat (diwahyukan di Mekah)

surat ad dhuha dan terjemahannya

**wadhdhuhaa
[93:1] Demi waktu matahari sepenggalahan naik,
**wallayli idzaa sajaa
[93:2] dan demi malam apabila telah sunyi (gelap),
**maa wadda’aka rabbuka wamaa qalaa
[93:3] Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu.
**walal-aakhiratu khayrun laka mina l-uulaa
[93:4] Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan).
**walasawfa yu’thiika rabbuka fatardaa
[93:5] Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu , lalu (hati) kamu menjadi puas.
**alam yajidka yatiiman faaawaa
[93:6] Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu ?
**wawajadaka daallan fahadaa
[93:7] Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk.
**wawajadaka ‘aa-ilan fa-aghnaa
[93:8] Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.
**fa-ammaa lyatiima falaa taqhar
[93:9] Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku sewenang-wenang.
**wa-ammaa ssaa-ila falaa tanhar
**wa-ammaa bini’mati rabbika fahaddits
[93:11] Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan.


Itulah “Surat Adh-Dhuhaa dan Artinya” semoga dapat membantu Anda dan meningkatkan iman serta ketakwaan kita kepada Alloh Swt.

love ^_^

Mereka yang tidak menyukainya menyebutnya tanggung jawab,
Mereka yang bermain dengannya, menyebutnya sebuah permainan,
Mereka yang tidak memilikinya, menyebutnya sebuah impian,
Mereka yang mencintai, menyebutnya takdir.

Allah SWT yang mengetahui yang terbaik,
akan memberi kesusahan untuk menguji kita.
Ia pun mampu mengindahkan cinta dg cara melukai hati, supaya hikmat-Nya bisa tertanam dalam.
Jika kita kehilangan cinta, maka pasti ada alasan di baliknya.
Alasan yang kadang sulit untuk dimengerti, namun kita tetap harus percaya bahwa ketika Ia mengambil sesuatu, Ia telah siap memberi yang lebih baik.
Mengapa menunggu?

Karena walaupun kita ingin mengambil keputusan, kita tidak ingin tergesa-gesa.
Karena walaupun kita ingin cepat-cepat, kita tidak ingin sembrono.
Karena walaupun kita ingin segera menemukan orang yang kita cintai, kita tidak ingin kehilangan jati diri kita dalam proses pencarian itu.
Jika ingin berlari, belajarlah berjalan duhulu,
Jika ingin berenang, belajarlah mengapung dahulu,
Jika ingin dicintai, belajarlah mencintai dahulu.
Pada akhirnya, lebih baik menunggu orang yang kita inginkan, ketimbang memilih apa yang ada.

Tetap lebih baik menunggu orang yang kita cintai, ketimbang memuaskan diri dengan apa yang ada.
Tetap lebih baik menunggu orang yang tepat, Karena hidup ini terlampau singkat untuk dilewatkan bersama pilihan yang salah, karena menunggu mempunyai tujuan yang mulia dan misterius.
Perlu kau ketahui bahwa Bunga tidak mekar dalam waktu semalam,
Kota Roma tidak dibangun dalam sehari,
Kehidupan dirajut dalam rahim selama sembilan bulan,
Cinta yang agung terus bertumbuh selama kehidupan.
Kebanyakan hal yang indah dalam hidup memerlukan waktu yang lama, Dan penantian kita tidaklah sia-sia.
Walaupun menunggu membutuhkan banyak hal – iman, keberanian, dan pengharapan – penantian menjanjikan satu hal yang tidak dapat seorangpun bayangkan.
Pada akhirnya.

jangan telalu terlena dengan khayalan tentang cinta ..
jgn coba" melebihkan cinta pada hamba-Nya,,dari pada cinta pd Yg Kuasa


:))

Kisah Nabi Adam AS dan Siti Hawa


Usia : 930 tahun
Periode sejarah: 5872 – 4942 SM
Tempat turunnya di bumi India, ada yang berpendapat di Jazirah Arab
Jumlah keturunannya (anak) 40 (laki-laki dan perempuan)
Tempat wafat India, ada yang berpendapat di Mekah
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak 25 kali


Adam (berarti tanah, manusia, atau cokelat muda) atau Nabi Adam as sebagai manusia pertama, bersama dengan istrinya, Hawa.
Merekalah orang tua semua manusia di dunia.
Di dalam Al-Quran, nama Adam as, disebutkan 25 kali dalam 25 ayat.

Penciptaan Adam

Setelah Allah SWT. menciptakan bumi, langit, dan malaikat, Allah berkehendak untuk menciptakan makhluk lain yang nantinya akan dipercaya menghuni, mengisi, serta memelihara bumi tempat tinggalnya. Saat Allah mengabari para malaikat akan kehendak-Nya untuk menciptakan manusia, mereka khawatir makhluk tersebut nantinya akan membangkang terhadap ketentuan-Nya dan melakukan kerusakan di muka bumi. Berkatalah para malaikat kepada Allah:

“Mengapa engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” (Q.S. Al-Baqarah [2]:30)

Allah kemudian berfirman untuk menghilangkan keraguan para malaikat-Nya:

“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Q.S. Al-Baqarah [2]:30)

Lalu diciptakanlah Adam oleh Allah dari segumpal tanah. Setelah disempurnakan bentuknya, maka ditiupkanlah roh ke dalamnya sehingga ia dapat bergerak dan menjadi manusia yang sempurna. Awalnya Nabi Adam a.s. ditempatkan di surga, tetapi terkena tipu daya iblis kemudian diturunkan ke bumi bersama istrinya karena mengingkari ketentuan Allah.

Adam diturunkan dibumi bukan karena mengingkari ketentuan, melainkan dari sejak akan diciptakan, Allah sudah menunjuk Adam sebagai khalifah di muka bumi. jadi meskipun tidak melanggar ketentuan (Allah) adam akan tetap diturunkan kebumi sebagai khalifah pertama.
Adam merupakan nabi dan juga manusia pertama yang bergelar khalifah Allah yang dimuliakan dan ditinggikan derajatnya. Ia diutus untuk memperingatkan anak cucunya agar menyembah Allah. Di antara sekian banyak anak cucunya, ada yang taat dan ada pula yang membangkang.
Kesombongan iblis (setan)

Saat semua makhluk penghuni surga bersujud menyaksikan keagungan Allah itu, hanya iblis (setan) yang membangkang dan enggan mematuhi perintah Allah karena merasa dirinya lebih mulia, lebih utama, dan lebih agung dari Adam. Hal itu disebabkan karena setan merasa diciptakan dari unsur api, sedangkan Adam hanyalah dari tanah dan lumpur. Kebanggaan akan asal-usul menjadikannya sombong dan merasa enggan untuk bersujud menghormati Adam seperti para makhluk surga yang lain.

Disebabkan oleh kesombongannya itulah, maka Allah menghukum setan dengan mengusirnya dari surga dan mengeluarkannya dari barisan para malaikat disertai kutukan dan laknat yang akan melekat pada dirinya hingga kiamat kelak. Disamping itu, ia telah dijamin sebagai penghuni neraka yang abadi.

Setan dengan sombong menerima hukuman itu dan ia hanya memohon kepada-Nya untuk diberi kehidupan yang kekal hingga kiamat. Allah memperkenankan permohonannya itu. Tanpa mengucapkan terima kasih dan bersyukur atas pemberian jaminan itu, setan justru mengancam akan menyesatkan Adam sehingga ia terusir dari surga. Ia juga bersumpah akan membujuk anak cucunya dari segala arah untuk meninggalkan jalan yang lurus dan menempuh jalan yang sesat bersamanya. Allah kemudian berfirman bahwa setan tidak akan sanggup menyesatkan hamba-Nya yang beriman dengan sepenuh hati.

Pengetahuan Adam

Allah hendak menghilangkan pandangan miring dari para malaikat terhadap Adam dan menyakinkan mereka akan kebenaran hikmah-Nya yang menyatakan Adam sebagai penguasa bumi, maka diajarkanlah kepada Adam nama-nama benda yang ada di alam semesta yang kemudian diperagakan di hadapan para malaikat. Para malaikat tidak sanggup menjawab firman Allah untuk menyebut nama-nama benda yang berada di depan mereka dan mengakui ketidaksanggupan mereka dengan mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui sesuatupun kecuali apa yang diajarkan-Nya.

Adam lalu diperintahkan oleh Allah untuk memberitahukan nama-nama benda itu kepada para malaikat dan setelah diberitahu oleh Adam, berfirmanlah Allah kepada mereka bahwa hanya Dialah yang mengetahui rahasia langit dan bumi serta mengetahui segala sesuatu yang nampak maupun tidak nampak.

Adam menghuni surga

Adam diberi tempat oleh Allah di surga dan baginya diciptakan Hawa untuk mendampingi, menjadi teman hidup, menghilangkan rasa kesepian, dan melengkapi fitrahnya untuk menghasilkan keturunan. Menurut cerita para ulama, Hawa diciptakan oleh Allah dari salah satu tulang rusuk Adam sebelah kiri sewaktu beliau masih tidur sehingga saat beliau terjaga, Hawa sudah berada di sampingnya. Allah berfirman kepada Adam:

“Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu syurga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.” (Q.S. Al-Baqarah [2]:35)

Tipu daya setan

Sesuai dengan ancaman yang diucapkan saat diusir oleh Allah dari surga akibat pembangkangannya, setan mulai merancang skenario untuk menyesatkan Adam dan Hawa yang hidup bahagia di surga yang tenteram dan damai.

Bujuk rayunya dimulai saat ia menyatakan kepada mereka bahwa ia adalah kawan mereka yang ingin memberi nasihat dan petunjuk untuk kebaikan dan kebahagiaan mereka. Segala cara dan kata-kata halus digunakan oleh iblis untuk membuat Adam dan Hawa terbujuk. Ia membisikkan kepada mereka bahwa larangan Allah kepada mereka untuk memakan buah dari pohon terlarang adalah karena mereka akan hidup kekal sebagai malaikat apabila memakannya. Bujukan itu terus menerus diberikan kepada Adam dan Hawa sehingga akhirnya mereka terbujuk dan memakan buah dari pohon terlarang tersebut. Jadilah mereka melanggar ketentuan Allah sehingga Dia menurunkan mereka ke bumi. Allah berfirman:

“Turunlah kamu! Sebahagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan.” (Q.S. Al-Baqarah [2]:36)

Mendengar firman Allah tersebut, sadarlah Adam dan Hawa bahwa mereka telah terbujuk oleh rayuan setan sehingga mendapat dosa besar karenanya. Setelah taubat mereka diterima, Allah berfirman:

“Turunlah kamu dari syurga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”

Lokasi Adam dan Hawa turun ke bumi

Turunlah mereka berdua ke bumi dan mempelajari cara hidup baru yang berbeda jauh dengan keadaan hidup di surga. Mereka harus menempuh kehidupan sementara dengan beragam suka dan duka sambil terus menghasilkan keturunan yang beraneka ragam bentuknya.
Di dalam kitab ad-Durrul Mantsur, disebutkan “Maka kami katakan, ‘Turunlah kalian … “, dari Ibnu Abbas, yakni: Adam, Hawa, Iblis, dan ular. Kemudian mereka turun ke bumi di sebuah daerah yang diberi nama “Dujjana”, yang terletak antara Mekah dan Thaif. Ada juga yang berpendapat Adam turun di Shafa, sementara Hawa di Marwah. Telah disebutkan dari Ibnu Abbas juga bahwa Adam turun di tanah India.

Diriwayatkan Ibnu Sa’ad dan Ibnu Asakir dari Ibnu Abbas, dia mengatakan, Adam diturunkan di India, sementara Hawa di Jeddah. Kemudian Adam pergi mencari Hawa sehingga dia mendatangi Jam’an (yaitu Muzdalifah atau al-Masy’ar). Kemudian disusul (izdalafat) oleh Hawa. Oleh karena itu, tempat tersebut disebut Muzdalifah.

Diriwayatkan pula oleh Thabrani dan Nua’im di dalam kitab al-Hilyah, serta Ibnu Asakir dari Abu Hurairah, dia bercerita, Rasulullah saw bersabda: “Adam turun di India.”
Sementara Ibnu Asakir menyebutkan ketika Adam turun ke bumi, dia turun di India.
Di dalam riwayat Thabrani dari Abdullah bin Umar disebutkan :

“Ketika Allah menurunkan Adam, Dia menurunkannya di tanah India. Kemudian dia mendatangi Mekah, untuk kemudian pergi menuju Syam (Syria) dan meninggal disana.” (HR. Thabrani)

Dari riwayat-riwayat secara global disebutkan bahwa Adam turun ke bumi, dia turun di India (Semenanjung Syrindib, Ceylan) di atas gunung yang bernama Baudza. Di dalam kitab Rihlahnya, Ibnu Batuthah mengatakan: “Sejak sampai di semenanjung ini, tujuanku tidak lain, kecuali mengunjungi al-Qadam al-Karimah. Adam datang ketika mereka tengah berada di semenanjung Ceylan”.
Syaikh Abu Abdullah bin Khafif mengatakan: “Dialah orang yang pertama kali membuka jalan untuk mengunjungi al-Qadam.”

Lokasi Makam Adam

Sementara makam Adam as sendiri ada yang mengatakan terletak di gunung Abu Qubais. Ada juga yang mengatakan di gunung Baudza, tanah dimana dia pertama kali turun ke bumi. Dan ada juga yang berpendapat, setelah terjadi angin topan, Nuh as mengulangi pemakamannya di Baitul Maqdis.
Dan kami menarjih apa yang diriwayatkan Thabrani, Ibnu al-Atsir, dan al-Ya’qubi, bahwa Adam setelah Allah SWT memberikan ampunan kepadanya, dibawa oleh Malaikat Jibril ke Jabal Arafat. Disana Jibril mengajarinya manasik haji. Dia meninggal dan dimakamkan di tepi Jabal Abu Qubais.

Kisah Adam dalam Al-Quran

Seperti telah disampaikan di atas bahwa nama Adam as dalam Al-Quran disebutkan 25 kali dalam 25 ayat, yaitu :

Surat Al-Baqarah [2] : ayat 31, 33, 34, 35, dan 37
Surat Al-Imran [3] : ayat 33 dan 39
Surat Al-Maidah [5] : ayat 27
Surat Al-A’raaf [7] : ayat 11, 19, 26, 27, 31, 35, dan 127
Surat Al-Israa’ [28] : ayat 50
Surat Maryam [19] : ayat 58
Surat Thaaha [20] : ayat 115, 116, 117, 120, dan 121
Surat Yaasin [36] : ayat 60

Berikut ini dibeberapa beberapa ayat penting yang terkait dengan uraian tersebut di atas.
Pada Surat Al-Baqarah [2] : ayat 30-38, Firman Allah SWT :

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 30)

Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!” Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Baqarah [2]: 31,32)

Allah berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini.” Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: “Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan ?” Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. (QS. Al-Baqarah [2]: 33,34)

Dan Kami berfirman: “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini. yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim. Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: “Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan.” Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Kami berfirman: “Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (QS. Al-Baqarah [2]: 35-38)

Kemudian pada Surat Thaahaa [20] : ayat 115-123, Firman Allah SWT :

Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat. Dan (ingatlah) ketika Kami berkata kepada malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam”, maka mereka sujud kecuali iblis. Ia membangkang. Maka Kami berkata: “Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi isterimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka. Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang, dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di dalamnya”. (QS. Thaahaa [20]: 115-119)

Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: “Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?” Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia. Kemudian Tuhannya memilihnya maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk. Allah berfirman: “Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. (QS. Thaahaa [20]: 120-123)

Referensi

* Sami bin Abdullah bin Ahmad al-Maghluts, Atlas Sejarah Para Nabi dan Rasul, Mendalami Nilai-nilai Kehidupan yang Dijalani Para Utusan Allah, Obeikan Riyadh, Almahira Jakarta, 2008.
* Dr. Syauqi Abu Khalil, Atlas Al-Quran, Membuktikan Kebenaran Fakta Sejarah yang Disampaikan Al-Qur’an secara Akurat disertai Peta dan Foto, Dar al-Fikr Damaskus, Almahira Jakarta, 2008.
* Ibnu Katsir, Qishashul Anbiyaa’, hlm 24.
* Ibnu Asakir, Mukhtashar Taarikh Damasyaqa, IV/224.
* ats-Tsa’labi, Qishashul Anbiyaa’ (al-Araa’is), hlm 36.
* Tim DISBINTALAD (Drs. A. Nazri Adlany, Drs. Hanafi Tamam, Drs. A. Faruq Nasution), Al-Quran Terjemah Indonesia, Penerbit PT. Sari Agung, Jakarta, 2004
* Departemen Agama RI, Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Al-Quran, Syaamil Al-Quran Terjemah Per-Kata, Syaamil International, 2007.
* alquran.bahagia.us, keislaman.com, dunia-islam.com, Al-Quran web, id.wikipedia.org, PT. Gilland Ganesha, 2008.
* Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Mutiara Hadist Shahih Bukhari Muslim, PT. Bina Ilmu, 1979.
* Al-Hafizh Zaki Al-Din ‘Abd Al-’Azhum Al Mundziri, Ringkasan Shahih Muslim, Al-Maktab Al-Islami, Beirut, dan PT. Mizan Pustaka, Bandung, 2008.
* M. Nashiruddin Al-Albani, Ringkasan Shahih Bukhari, Maktabah al-Ma’arif, Riyadh, dan Gema Insani, Jakarta, 2008.
* Al-Bayan, Shahih Bukhari Muslim, Jabal, Bandung, 2008.
* Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan dari Allah, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Maktabah al-Ma’arif, Riyadh, dan Gema Insani, Jakarta, 1999.